Rerie Berharap Film Mampu Menjadi Sarana Menanamkan Nilai Kebangsaan

Yang harus dipastikan saat ini, kata Judith, bagaimana komitmen dari para pemangku kepentingan di sektor perfilman nasional itu bisa direalisasikan.
Judith mengakui PFN saat ini sedang bertransformasi dan perlu dukungan nyata dari para pemangku kepentingan.
Dia menegaskan, industri kreatif bisa menjadi alat ekonomi yang sangat dahsyat. Karena, ujar dia, di Indonesia saat ini industri kreatif mampu menyerap empat persen angkatan kerja nasional, yang pada 2025 diproyeksikan menjadi delapan persen.
Dengan peluang tersebut, Judith menegaskan, seharusnya berupaya mempercepat pembangunan industri film nasional.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi yang bergabung secara daring mengungkapkan fenomena demam drama Korea dan K-Pop bukan merupakan hal yang kebetulan.
Mendunianya drama Korea dan K-pop, jelas Umar, adalah hasil dari reformasi kebudayaan yang didesain oleh Korea Selatan.
Langkah offensif itu, ujarnya, diawali lewat penguatan di sektor pendidikan yang mengedepankan peningkatan skill di bidang seni, teknologi dan media.
Selain itu, tambah Umar, juga dibutuhkan regulasi penyiaran yang mampu menyebarluaskan produksi film agar mampu dinikmati masyarakat luas.
Rerie berharap film mampu menyuarakan nilai-nilai ideologi bangsa untuk menjawab pergeseran nilai.
- Waka MPR: Upaya Pemberdayaan Perempuan Bagian Langkah Strategis
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN
- Cerita Karakternya di Film Tabayyun, Titi Kamal: Semakin Mendalami, Aku Makin Sedih