Respons Hidung

Oleh: Dahlan Iskan

Respons Hidung
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dari begitu banyak reaksi soal Cuci Hidung (Protokol Rakyat), ada tulisan seorang dokter ahli THT yang cukup panjang.

Tulisan itu dikirim ke saya lewat ketua IDI Surabaya: Dr dr Brahmana.

Nama ahli THT itu Budi Sutikno. Saya membacanya dengan teliti. Ia sangat kompeten. Ia spesialis THT-KL, konsultan rinologi.

Baca Juga:

Dokter Budi juga mengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Juga, berdinas di RSUD dr Soetomo, Surabaya.

Maka, saya pun memperhatikan respons itu. Dan menggunakannya untuk tulisan hari ini.

”Protokol Rakyat cuci hidung dengan larutan garam fisiologis itu telah dikenal dan digunakan sejak zaman Hindu kuno,” tulis dr Budi.

Sebutannya jala neti. Yaitu, larutan garam fisiologis yang dimasukkan ke salah satu lubang hidung dengan bantuan teko kecil.

Itu disebut garam fisiologis karena konsentrasi larutan garam setara (isotonis) dengan konsentrasi cairan tubuh: praktis berada di konsentrasi garam 0,9 persen.

Hingga saat ini, rumus protokol rakyat itu sudah membantu jutaan orang terhindar dari stigma positif pembawa penyakit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News