Revolusi Energi (3)

Oleh Dahlan Iskan

Revolusi Energi (3)
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Memang kita akan terlihat seperti 'menentang arus' global, tetapi jangan cepat grogi. Langkah 'menentang arus' itu hanya akan kita lakukan 20 tahun saja. Sambil menunggu era baterai hebat nan murah.

Baca Juga:

Sembari 'menentang arus' itu kita membangun industri solar panel modern besar-besaran. Juga pabrik baterainya.

Pada saatnya kita akan membalikkan opini dunia: Indonesia go green melebihi negara mana pun. Namun kita sudah lebih dulu telanjur maju.

Kita hanya perlu mundur sedikit untuk ancang-ancang melompat ke depan nan jauh. Kita memang sengaja melawan kecenderungan global. Untuk sementara. Hanya sementara. Untuk apa ikut global kalau kita sendiri jadi korban global itu.

Apalagi limbah batu bara sudah dikoreksi –oleh UU Cipta Kerja. Atau turunannya. Aturan baru itu: limbah batu bara bukan lagi B3.

Kita memang akan dikecam dunia, tetapi kita lawan dengan gagah. Seperti Tiongkok tidak peduli apa kata dunia. Kini justru dunia yang mengagumi Tiongkok.

Bukankah kenyataannya kita telah lama menyediakan paru-paru dunia?

Sudah saatnya kita punya neraca lingkungan sendiri. Berapa kita memproduksi oksigen selama ini. Berapa pula kita memproduksi CO2.

Cadangan batu bara kita sudah hampir habis dieksploitasi, sudah berhasil memperkaya sejumlah pengusaha dan penguasa, tetapi belum berhasil secara nyata memajukan negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News