Tarif Listrik

Oleh: Dahlan Iskan

Tarif Listrik
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Awalnya ia senang sekali. Tetangganya mati lampu. Ia sendiri yang hidup. Tetangganya kedinginan. Ia bisa menyalakan pemanas.

Beberapa tetangga ia bantu: menghangatkan badan di apartemennya.

Tiga hari kemudian ia sedih sekali: tagihan listriknya naik 70 kali lipat. Dari biasanya USD 180 menjadi USD 17.000. Atau sekitar Rp 200 juta.

Ia tahu melonjaknya tagihan itu dari kartu kreditnya. Tiba-tiba isi kartunya tinggal USD 200. Sekitar Rp 3 juta. Tabungannya praktis ludes. Padahal ia seorang pensiunan.

Itu terjadi di Texas, Amerika Serikat, pekan lalu. Ketika listrik mati selama empat hari.

Musim salju yang hampir tidak pernah sampai di Texas hari itu mencekam. Sampai minus 19 derajat Celsius. Aneh sekali.

Total yang meninggal 22 orang. Termasuk dua orang yang pilih tidur di mobil dengan penghangat –keracunan asap.

Di Amerika banyak perusahaan listrik. Pengguna bisa memilih sendiri dapat listrik dari perusahaan yang mana. Semuanya swasta.

Dalam hal jaringan transmisi, Indonesia tidak punya pilihan: harus isolated per pulau. Satu pulau satu jaringan terhubung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News