RI Tak Mau Dituding Rusak Hutan

RI Tak Mau Dituding Rusak Hutan
RI Tak Mau Dituding Rusak Hutan
JAKARTA – Indonesia dan Malaysia –dua negara produsen kelapa sawit terbesar dunia– sepakat melawan anggapan Uni Eropa bahwa usaha kelapa sawit mengabaikan keseimbangan lingkungan. Termasuk tuduhan komoditas yang booming ini berpotensi meningkatkan laju deforestasi (kerusakan hutan) karena perluasan lahan.

Menteri Pertanian Anton Apriyantono menilai, pandangan usaha sawit mengakibatkan degradasi dan perusakan lingkungan tidak adil, tidak benar, dan bahkan tidak didukung data ilmiah akurat. ”Sejak tahun lalu, kami telah melakukan pertemuan dengan Komisi Eropa yang menangani masalah renewable energy,’’ ujarnya di Jakarta Senin (15/9).

Proses lobi dilakukan dengan melibatkan Malaysia yang juga memiliki komoditas kelapa sawit cukup besar.  Yang terlibat dalam lobi dengan Uni Eropa itu adalah Menteri Industri Perladangan dan Komoditas Malaysia Datuk Peter Chin Fah Kui. Sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar dunia, termasuk ke Eropa (85 persen), Indonesia-Malaysia, kata Anton,  layak untuk diperhatikan dan didengar. Pada 2007, Indonesia mampu menghasilkan 16,9 juta ton dan Malaysia 15,82 juta ton minyak kelapa sawit.

Duta Besar RI untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa Nadjib Riphat Kesoema bertindak sebagai tuan rumah pertemuan tingkat menteri itu. Pertemuan tersebut juga dihadiri Duta Besar Malaysia untuk Uni Eropa Datuk Hussein Hanif. ”Kelapa sawit adalah komoditas masa depan yang menjadi tambang baru kekuatan kedua negara menembus masyarakat Eropa. Peluang strategis di masa depan harus kita rintis dan kita luruskan dari sekarang dan parlemen Eropa menjadi pintu kita mengomunikasikannya secara objektif,’’ lanjutnya.

JAKARTA – Indonesia dan Malaysia –dua negara produsen kelapa sawit terbesar dunia– sepakat melawan anggapan Uni Eropa bahwa usaha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News