Rieke Diah Pitaloka Menggaungkan Pentingnya Data Desa dan Kota Presisi dari Indarung
Saya tidak mau Indarung hilang dari sejarah. Saya tidak mau Indarung dilupakan.
Saya butuh energi semangat dan kecintaan tanah air yang terekam di besi berkarat Indarung.
Kemarin saya berada di Bali dalam rangkaian perjuangan bersama jejaring intelektual kolektif implementatif memperjuangkan norma yuridis Sistem Penyelenggaraan Pemerintah Daerah berbasis Data Desa/Kota Presisi, yang saat ini masih terganjal di pintu masuk istana, agar tak sampai ke meja Paduka Yang Mulia, Bapak Presiden Republik Indonesia.
Hampir saja saya menyerah. Namun, tiba-tiba saya ingat, bahwa hari ini saya akan berada di Indarung, dan seketika ingatan itu membangkitkan ingatan lama saya pada penampilan Bung Karno dengan peci hitam bersama 513 orang pendiri bangsa lainnya.
Saya seperti digugah kesadaran bahwa di balik angka dalam data negara, ada nasib dan nyawa jutaan rakyat yang dipertarungkan.
Perjuangan ini berat saudara-saudara, bicara angka dalam data adalah tentang pendataan yang memakan triliunan uang rakyat.
Angka dalam data negara artinya juga alokasi ribuan triliun uang rakyat untuk biayai pembangunan di segala bidang.
Data yang tidak akurat dan aktual adalah pintu masuk raibnya uang hasil keringat rakyat di pelosok tanah air.
Rieke Diah Pitaloka mengaku seketika membangkitkan ingatan lamanya pada penampilan Bung Karno dengan peci hitam bersama 513 orang pendiri bangsa lainnya.
- UPN Veteran Jatim Komitmen Mendukung Digitalisasi di Desa
- Merespons Prabowo, Hasto Bicara Cita-Cita Bung Karno Merombak Sistem Internasional yang Anarkis
- Transaksi AgenBRILink Tembus Rp 370 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024
- Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Basarah PDIP: Sudah Tepat
- IPB Gandeng Universitas British Columbia Kanada Kembangkan Program Kampus Desa
- Ma'ruf Amin Puji ISSF, Dinilai Sejalan dengan Pemerintah untuk Memajukan Desa