Rindu Ade, Penggagas Writing Heroes Daerah-Daerah Konflik dan Bencana

Bantu Move On, Sakit dan Patah Hati Jadi Awal Keberhasilan

Rindu Ade, Penggagas Writing Heroes Daerah-Daerah Konflik dan Bencana
KREATIF: Rindu Ade (kiri) bersama Mayang. Rindu aktivis sosial yang menyembuhkan trauma (trauma healing) dengan menulis. Foto: ACT for Jawa Pos

”Ceritanya, aku dipanggil sama direkturnya ACT. Beliau minta bantuan untuk menuliskan kisah-kisah bencana yang pernah ditangani ACT. Kan selama ini yang nulis soal bencana itu media, ya. Nah, dari sini, kami menggagas Writing Heroes ini,” urainya.

Proyek Writing Heroes, terang Rindu, mirip dengan ajang pencarian bakat di beberapa televisi yang lagi ngetren. Bedanya, yang dicari adalah para penulis pilihan. Proyek tersebut dibagi menjadi tiga batch. Batch pertama terdiri atas 35 buku yang mengulas kisah-kisah bencana di tanah air. Pada batch berikutnya, juga terdapat 35 buku tentang cerita di beberapa wilayah konflik di dunia seperti Somalia, Yaman, Syria, hingga Palestina.

Batch yang terakhir kami namakan Titian Pulau. Jadi, nanti yang ditulis adalah kisah-kisah di daerah-daerah perbatasan di Indonesia. Khususnya pulau-pulau yang selama ini belum pernah terpublikasikan,” papar penulis seri buku Perempuan Pencari Tuhan itu.

Ajang pencarian penulis tersebut bisa dibilang cukup ngebut. Dibuka Januari lalu, ratusan naskah terkumpul dari seluruh Indonesia. Pada Februari, pihaknya sudah harus menentukan pemenang. ”Jadi, lumayan juga, aku lembur tiap hari. Setelah diseleksi, akhirnya ada 25 pemenang terpilih. Sisanya, yang 10 orang itu, para penulis lepas yang sudah punya nama kayak Dee Lestari. Jadi, para penulis muda ini di-mentoring sama penulis-penulis senior ini,” urainya.

Meski begitu, tugas Rindu tetap berjibun. Sebagai penggagas dan penanggung jawab proyek tersebut, dia harus memastikan ke-35 buku siap dirilis dalam waktu dekat. Alumnus Jurusan Financial Planner Geneva Business School, Swiss, itu juga memberikan pelatihan kepada para penulis tersebut dua kali seminggu selama sebulan. Dia pun menargetkan buku itu selesai dalam waktu satu bulan.

”Saya minta dalam waktu satu bulan itu sudah jadi buku. Alhamdulillah berhasil. Pada 31 Maret kemarin, 35 buku itu sudah selesai semua. Proses edit April ini. Jadi, insya Allah akhir April bisa launching,” ujarnya.

Namun, tugas Rindu belum selesai. Masih ada batch kedua dan ketiga. ”Rencananya, yang batch kedua pada Mei, sebelum puasa. Saya bakal ajak teman-teman penulis ini ke negara-negara konflik yang pernah ditangani ACT,” lanjut alumnus program master di Geneva Business School itu.

Rindu menuturkan, 100 buku tersebut adalah salah satu upaya ACT untuk melakukan penggalangan dana. Karena itu, dia menyelenggarakan ajang Writing Heroes secara cuma-cuma. ”Nggak ada (bayaran) sama sekali. Ini pure proyek kemanusiaan,” terang dia.

Rindu Ade bisa dibilang sebagai aktivis luar biasa. Selain dia sangat aktif, selalu saja ada kegiatan sosial yang digagasnya. Yang terkini, Rindu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News