Risma Andani

Oleh Dahlan Iskan

Risma Andani
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Hari ketiga di Surabaya dokter Andani Eka Putra mengajak saya makan di restoran Padang. Rupanya ia sudah bosan dengan makanan hotel.

”Orang Padang ini susah. Tidak bisa pisah dengan masakan Padang,” katanya.

Saya pun ingat. Istri saya, pagi tadi, masak mirip masakan Padang. Mirip rendang. Bukan daging biasa, tetapi bagian dalam pipi sapi.

Baca Juga:

Dokter Andani pun masuk mobil saya. Bersama Alghozi Ramadhan, si Milenial Nakal. Saya yang mengemudikan mobil. Mereka tidak tahu akan dibawa ke restoran mana.

Keduanya memang lagi di Surabaya. Mereka diajak Letjen Doni Monardo ke Surabaya. Ketua BNPB itu memang prihatin akan keadaan Surabaya. Yang lagi dinyatakan sebagai daerah merah-hitam.

Hari kedua, semestinya dr Andani ikut Letjen Doni ke Makassar. Tugasnya sudah selesai --mesti tidak tuntas. Andani sudah bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Baca Juga:

Memang ia juga ingin bertemu wali kota Surabaya. Namun ia sudah sempat ”tidak ada harapan” untuk bisa bertemu Tri Rismaharini hari itu.

Malam itu di kantor Harian DI’s Way, dokter Andani sudah pamit saya. Ia akan ikut ke Makassar keesokan harinya.

Ketika angka positif Covid-19 di Surabaya nanti melonjak, daerah lain jangan sampai mencemooh dulu. Bisa jadi daerah lain itu lebih parah --hanya saja masih tersembunyi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News