Rizal Ramli Peringatkan Ancaman Krisis Lebih Mengerikan dari 1998 

Rizal Ramli Peringatkan Ancaman Krisis Lebih Mengerikan dari 1998 
Rizal Ramli. Foto: dok/JPNN.com

Dia menambahkan, begitu pun Malaysia. PM Mahathir Muhammad saat itu diberi saran oleh Gubernur Bank Sentral Malaysia agar jangan mendengarkan IMF. 

"Karena kalau mengikuti IMF maka mata uang akan anjlok, ekonomi anjlok dan Pak Mahathir akan jatuh," ujarnya.

Malaysia pun ekonominya stabil mata uang ringgit tidak jatuh selama dua tahun pertumbuhan ekonomi juga sekitar enam persen, Mahathir juga tidak jatuh bahkan ekonomi Malaysia rebound kembali.

"Nah, Indonesia yang mendengarkan Widjojo dan kawan-kawan, dan menteri ekonomi pada waktu itu ikut saran IMF. Ekonomi Indonesia dari rata-rata enam persen anjlok ke minus 13 persen, bank-bank pada rontok, biaya untuk menyelesaikan  kasus bank BLBI itu hampir 80 miliar dolar dan terbesar, serta macem-macem lah," tuturnya.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia ini juga menegaskan, dirinya tidak punya indera keenam, dan tidak percaya ramalan.

Dia hanya memperkirakan dengan melihat perkembangan situasi, kemudian melakukan simulasi, situasi yang terbaik dan terburuk bagaimana berdasarkan track record yang ada.

"Rizal Ramli tidak punya sixth sense, tidak percaya ramalan paranormal tetapi yang kami lakukan adalah memperkirakan perkembangan situasi melakukan simulasi, situasi yang terbaik apa, the worst apa dan dari berbagai track record yang kami jelaskan tadi ramalan-ramalan kami di dalam bidang makro ekonomi, di bidang korporasi, insya allah selama ini nyaris benar semua," bebernya.

Menurutnya janji pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen itu hanya angin sorga. Nah kali ini untuk tahun 2021, Rizal katakan mohon maaf ekonomi Indonesia akan mengalami krisis yang lebih serius dibanding tahun lalu. Memang pemerintah menjanjikan angin surga tetapi tidak akan kembali ke 5,5 persen. 

Ekonom senior Rizal Ramli memberikan gambaran bagaimana kondisi ekonomi Indonesia tahun ini yang akan lebih parah dibandingkan 98.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News