Rizky Rifallah, Remaja Penderita Diabetes Insipidus dan Kanker Batang Otak

Sehari Minum 14 Liter, Obat Harus Beli ke Singapura

Rizky Rifallah, Remaja Penderita Diabetes Insipidus dan Kanker Batang Otak
Penderita kanker otak, Rizki Rifallah, 15 tahun, saat berada di ruang belajar RS Dharmais Jakarta baru-baru ini. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos
Dua minggu kemudian Rizky menjalani operasi kedua. Setelah operasi itu, dokter menyatakan bahwa tumornya telah hilang. Namun, siapa sangka... delapan bulan setelah itu, atau tepatnya September 2008, tumor ganas itu muncul kembali di otaknya. Kali ini lebih serius. Posisinya amat vital, yakni di dalam batang otak. Karena itu, tim dokter tidak berani mengoperasi. ''Sebab, kecuwil sedikit saja aku bisa mati. Sebab, batang otak itu pusat kehidupan,'' tuturnya tegar.

Rizky tahu betul risiko penyakitnya. Kedua orang tuanya juga tak pernah menutupi apa pun ihwal penyakitnya. ''Aku justru bangga punya penyakit ini. Artinya, Allah masih sayang sama aku. Mulanya aku sempat ngedrop. Terus ibu beri aku semangat. Katanya, kita bisa. Aku selalu ulang kata-kata ibu bahwa aku bisa,'' ucapnya. Maka, jalan satu-satunya, Rizky harus menjalani kemoterapi. Selama menjalani kemoterapi, Rizky tak mengaku kesakitan. Rambutnya hanya rontok dan kemudian menjadi gundul.

Pada November 2008, Rizky dirujuk ke RS Kanker Dharmais. Pernah suatu ketika dia mengalami shock, trombositnya turun drastis. Saat itu dia harus menghabiskan 30 kantong darah.

Kini Rizky tak hanya berjuang melawan kanker otak, tapi juga harus bergelut dengan diabetes insipidus. ''Kalau aku sampai berhenti minum obat, ya pipis dan haus terus,'' ujarnya.

Usia Rizky Rifallah baru 15 tahun. Namun, dua penyakit berat telah menderanya, yakni diabetis insipidus dan kanker pada batang otak. Kini dia melalui

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News