Rp 781 Miliar Hak Korban Lapindo Macet

Rp 781 Miliar Hak Korban Lapindo Macet
Rp 781 Miliar Hak Korban Lapindo Macet

Di sisi lain, pakar geologi ITB Dr Prihadi Sumintadireja memprediksi luasan area terdampak tidak bertambah lagi. Dia menganalogikannya dengan semburan lumpur Bledug Kuwu di Jateng. ”Bledug Kuwu itu kan hasilnya sampai sekarang 45 hektare saja. Sekarang Sidoarjo kan 360 hektare, kondisinya sama (tidak akan bertambah luas, Red),” terangnya.

Bledug Kuwu berlokasi di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jateng. Fenomena letupan lumpur yang diduga berumur ratusan tahun itu sekarang menjadi objek wisata andalan Kabupaten Grobogan.

Fakta bahwa semburan lumpur Lapindo kian mengecil juga memperkuat prediksinya. Prihadi menjelaskan, pada 2006 dirinya memperkirakan lumpur tersebut baru berhenti menyembur setelah 30 tahun. Syaratnya, semburannya konstan 100.000 meter kubik per hari seperti di awal-awal semburan. Namun, semburan itu juga bisa menjadi abadi seperti Bledug Kuwu atau bisa berhenti setelah menyembur beberapa ratus tahun.

Prihadi juga menepis kekhawatiran adanya dampak terhadap kondisi bawah tanah Sidoarjo setelah lumpur menyembur delapan tahun. Menurut dia, lokasi-lokasi semburan lumpur di Pulau Jawa masih sejalur. Artinya, dampak semburan terhadap kondisi bawah tanah diprediksi tidak meluas membentuk lingkaran. Terbukti, Bledug Kuwu yang menyembur ratusan tahun tidak berdampak pada pergerakan tanah di sekitarnya.

Dari Sidoarjo dikabarkan, sehari menjelang peringatan delapan tahun bencana lumpur Lapindo, berbagai macam hal dilakukan warga di sekitar lokasi bencana. Mereka melakukannya untuk menunjukkan kepada pemerintah dan masyarakat luas bahwa masih ada permasalahan yang belum tuntas di lumpur Lapindo. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah aksi teatrikal oleh komunitas Taring Padi Jogjakarta.

Berlokasi di titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, mereka menancapkan tangan-tangan palsu yang terbuat dari kardus yang dilapisi lumpur. ”Ini bukan sekadar tangan, namun juga tangan harapan,” ungkap M. Yusuf, salah seorang anggota Taring Padi yang pada saat itu melakukan aksi teatrikal.

Yusuf menambahkan bahwa aksi yang dilakukan bersama rekan-rekannya merupakan bentuk solidaritas terhadap para korban lumpur yang hingga delapan tahun pasca semburan nasibnya masih terkatung-katung. Dalam aksi tersebut Yusuf mengenakan daster, kerudung, serta topi yang menunjukkan bagaimana keseharian para petani perempuan. Namun sayang, tidak ada lagi lahan yang dapat mereka garap. ”Karena semua lahan yang dimiliki telah terendam lumpur,” cetus Yusuf. (byu/mia/ful/c9/kim)  

JAKARTA – Persoalan pelunasan ganti rugi warga terdampak lumpur Lapindo hingga saat ini masih jalan di tempat. Kementerian Pekerjaan Umum (PU)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News