Rumah Tjong A Fie, Cagar Budaya yang Perlu Perhatian Pemerintah

Rumah Tjong A Fie, Cagar Budaya yang Perlu Perhatian Pemerintah
Peserta Lasenas ke-17 mengagumi kemegahan Rumah Tjong A Fie. Foto: Mesya/JPNN.com

Semua sejarah Tjong A Fie bisa dilihat dari foto-foto, lukisan serta perabotan rumah yang digunakan oleh keluarganya serta mempelajari budaya Melayu-Tionghoa.

Menurut Nyie Mie, di rumah bergaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco itu menunjukkan kalau kebinekaan sudah lama diterapkan keluarga Tjong Afie. Ini ditunjukkan dengan adanya ruang tamu khusus bagi masyarakat Melayu.

Rumah Tjong A Fie memiliki tiga ruang tamu. Selain untuk masyarakat Melayu, ada juga ruang tamu khusus Eropa dan Tionghoa. Semua sudut ruangan tertata rapi dan sangat terawat.

Bagian lain yang membuat pengunjung takjub adalah kamar Tjong A Fie bersama istri ketiganya bermarga Lim. Mulai dari peraduan, baju, hingga parfum Tjong A Fie dan sang nyonya masih ada. Mereka penggemar parfum dari Paris. Bahkan timbangan berat badan pun tetap tersimpan.

Semasa hidupnya, Tjong A Fie memiliki tiga istri. Istri pertama dia tinggalkan di Tiongkok saat Tjong A Fie hijrah ke Medan. Istri kedua berkewarganegaraan Malaysia.

Dari istri kedua ini, Tjong A Fie mendapatkan tiga anak. Istri kedua Tjong A Fie meninggal dunia karena sakit.

Tidak lama berselang, Tjong A Fie menikahi gadis Binjai yang masih keturunan Tionghoa. Dari istri ketiganya, Tjong A Fie mendapatkan tujuh anak.

Perkawinan ketiganya langgeng hingga Tjong A Fie meninggal di 1921. Sepeninggal Tjong A Fie, istrinya membawa lima anaknya yang masih kecil ke Jenewa. Sedangkan dua anak lainnya tetap di Medan karena sudah menikah.

Rumah Tjong A Fie merupakan salah satu cagar budaya, tempat bersejarah peninggalan zaman Kolonial Belanda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News