Runtuhnya Dinasti RatuAtut

Runtuhnya Dinasti RatuAtut
Runtuhnya Dinasti RatuAtut

Runtuhnya Dinasti RatuAtutSEMENTARA kemacetan Jakarta sudah seperti berjalannya seekor siput, Komisi Pemberantasan Korupsi (atau lebih dikenal KPK) berjalan layaknya pelari Usain Bolt.

Memang benar, siapa yang KPK tangkap juga akan mempengaruhi kunci pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden tahun depan. Tentu saja tekad KPK untuk menyisir dari lapisan paling bawah skandal besar senilai US$ 118 juta untuk pembangunan kompleks olahraga Hambalang di Jawa Barat, bagaikan torpedo yang menerpa nasib partai Demokrat milik Susilo Bambang Yudhoyono. Poling terbaru menunjukkan bahwa elektabilitas mereka jatuh dari pemilu tahun 2009 yang mencapai 21% menjadi sekitar 7% di tahun ini.

Dengan penahanan yang dramatis di pertengahan Desember lalu, Gubernur wanita Banten (sekaligus kader Golkar), Ibu Ratu Atut, membuat para pengamat mulai bertanya-tanya apakah musibah yang melingkari klan Chasan Sochib ini akan menggelincirkan Golkar dengan cara yang sama?

Kita akan segera tahu tidak lama lagi.

Dengan berkerudung hitam, Atut yang merupakan anak sulung dari almarhum Chasan Sochib, dikawal keluar dari gedung KPK (mengenakan rompi oranye “tersangka”) menuju Rutan Pondok Bambu dan akan menghabiskan malam bersama 15 tahanan lainnya, rakyat Indonesia tersentak kaget. Ini mementahkan asumsi sebagian orang yang melihat politisi wanita yang bersuara lembut dan mengesankan ini “tak tersentuh” bahkan di luar jangkauan hukum.

KPK bersikeras melakukan penahanan dengan dalih bahwa jika tidak ditahan, pihak Atut akan menghancurkan bukti dan mengganggu saksi. Dalam membuat keputusan penting ini, KPK sangat berani, bahkan KPK mengabaikan ratusan pendukungnya yang marah dan berkerumun di depan gedung. Orang-orang ini sungguh agresif.

Baca Juga:

Semua orang sudah tahu, Atut yang sudah berkuasa sejak 2007 telah membangun mesin politik yang hebat, serta didukung oleh loyalis mendiang ayahnya dari perkumpulan seni beladiri, Jawara. Namun keruntuhan Atut tidak bisa dihindari ketika adiknya Tubagus Wawan tertangkap di rumahnya di Jakarta pada 2 Oktober 2013 karena upaya penyuapannya terhadap ketua MK, Akil Mochtar.

Kasus Wawan terurai sangat mudah sebagaimana terlihat dari kekayaan pribadinya yang sangat besar dan diketahui publik –yaitu garasi bawah tanah yang diisi dengan mobil-mobil sport mewah. Mengingat Banten termasuk wilayah yang relatif miskin, rakyat Indonesia segera tertarik pada sejauh mana kasus Wawan terhubung pada kepentingan politik kakaknya.

SEMENTARA kemacetan Jakarta sudah seperti berjalannya seekor siput, Komisi Pemberantasan Korupsi (atau lebih dikenal KPK) berjalan layaknya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News