Rupiah Masih Lesu Darah

Rupiah Masih Lesu Darah
Rupiah Masih Lesu Darah
Fakta sebaliknya, suplai USD saat ini tidak sebesar demand atau permintaan terhadap USD. Minimnya persediaan USD tersebut lantaran ekspor Indonesia yang diharapkan menyumbang devisa dalam bentuk USD, justru mengalami penurunan.

Jika kondisi ini terjadi terus menerus tanpa ada kontrol yang ketat, maka defisit transaksi berjalan tak dipungkiri bakal semakin lebar. Akibatnya, terang Darmin, kondisi tersebut akan mempengaruhi persepsi negatif mengenai kesinambungan fiskal. "Akhirnya keadaan tersebut memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah," jelasnya.

Sebenarnya, Darmin menerangkan, situasi krisis valas ini dapat diselesaikan dengan besarnya pasokan DHE (Devisa Hasil Ekspor) yang dititipkan di perbankan tanah air.

Saat ini, ia menyebutkan perbankan di Indonesia sudah menampung setidaknya 85 persen dari total DHE. Sayangnya, angka tersebut lebih banyak disumbang oleh hasil ekspor non migas. Sebaliknya, yang digadang-gadang mampu berkontribusi besar dalam penitipan DHE yakni korporasi migas, justru belum berperan maksimal.

JAKARTA - Alarm untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) berdering makin keras. Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) makin tegas mengingatkan

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News