Rupiah Masih Lesu Darah
Selasa, 15 Januari 2013 – 06:45 WIB

Rupiah Masih Lesu Darah
Fakta sebaliknya, suplai USD saat ini tidak sebesar demand atau permintaan terhadap USD. Minimnya persediaan USD tersebut lantaran ekspor Indonesia yang diharapkan menyumbang devisa dalam bentuk USD, justru mengalami penurunan.
Jika kondisi ini terjadi terus menerus tanpa ada kontrol yang ketat, maka defisit transaksi berjalan tak dipungkiri bakal semakin lebar. Akibatnya, terang Darmin, kondisi tersebut akan mempengaruhi persepsi negatif mengenai kesinambungan fiskal. "Akhirnya keadaan tersebut memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah," jelasnya.
Sebenarnya, Darmin menerangkan, situasi krisis valas ini dapat diselesaikan dengan besarnya pasokan DHE (Devisa Hasil Ekspor) yang dititipkan di perbankan tanah air.
Saat ini, ia menyebutkan perbankan di Indonesia sudah menampung setidaknya 85 persen dari total DHE. Sayangnya, angka tersebut lebih banyak disumbang oleh hasil ekspor non migas. Sebaliknya, yang digadang-gadang mampu berkontribusi besar dalam penitipan DHE yakni korporasi migas, justru belum berperan maksimal.
JAKARTA - Alarm untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) berdering makin keras. Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) makin tegas mengingatkan
BERITA TERKAIT
- KBA Garmin Menghadirkan Teknologi Navigasi hingga Multimedia untuk Pengalaman Sempurna
- Muhammad Akbar Melantik Tiga Pejabat di Lingkungan PT Krakatau Steel
- Pelindo & Kemenhub Dorong Investasi di Sektor Maritim Lewat Indonesia Maritime Week 2025
- KBA Yamaha Marine Meluncurkan Mesin Tempel Baru, Dukung Pengembangan Industri Maritim
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 4 Mei 2025: Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Turun
- Beri Pelatihan Digital Marketing, Sandiaga Uno Ingin Difabel Lebih Berdaya