Rupiah Masih Lesu Darah

Rupiah Masih Lesu Darah
Rupiah Masih Lesu Darah
Alasannya, ungkap Darmin, prosedur penitipan DHE di bank-bank di Indonesia menyalahi salah satu pasal yang ada di kontrak migas. "Namun pasal mana yang bertentangan, mereka (kontraktor) migas tidak mau menjawab. Padahal, kalau ada sumbangan DHE dari migas, kucuran valas akan makin keras," terangnya.

Kendati demikian, bukan berarti BI melakukan pembiaran atas kondisi rupiah yang terdepresiasi tersebut. Darmin mengatakan pihaknya siap untuk mengintervensi gejolak nilai tukar rupiah dengan berbagai cara. "Kami akan perkuat dan mengendalikannya gar rupiah kembali ke fundamentalnya," jelasnya.

Di tempat yang sama, Menteri Keuangan Agus Marto Wardojo mengimbau masyarakat sekaligus pemerintah terkait untuk benar-benar melakukan pengetatan terhadap kuota BBM subsidi tahun ini yang dipatok sebesar 46,2 juta kilo liter (KL). Jika tak dikendalikan, Agus pun meyakini bahwa tahun ini kuota BBM akan jebol lagi. "Tahun lalu saja sudah mencapai angka 45,2 KL, dari kuota awal yang hanya 40 juta KL," ungkapnya.

Jika konsumsi BBM bersubsidi melampaui kuotanya, maka Agus pun memastikan akan menaikkan harga BBM. Beberapa faktor yang paling penting dihitung untuk mendukung kenaikan harga BBM ini di antaranya harga Indonesian Crude Product (ICP) yang diperkirakan bergerak di angka USD 100-USD 109 per barel. "Padahal sekarang sudah USD 106 per barel," ungkapnya.      

JAKARTA - Alarm untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) berdering makin keras. Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) makin tegas mengingatkan

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News