Rusia Dituding jadi Biang Kerok Kisruh Qatar

Rusia Dituding jadi Biang Kerok Kisruh Qatar
'Doha'. Foto: AFP

jpnn.com, DOHA - Rusia dituding sebagai aktor utama kisruh peretasan yang berujung isolasi terhadap Qatar. Yang menuding adalah badan intelijen AS alias FBI.

Rusia tentu saja langsung menampik semua tudingan tersebut. ’’Itu adalah klaim basi karena tidak pernah ada bukti. Kesimpulan telah dibuat sebelum insiden tersebut diselidiki,’’ ujar Penasihat Keamanan Cyber Kremlin Andrei Krutskikh, Rabu (7/6) kemarin.

FBI memang telah mengirimkan tim ke Doha untuk membantu pemerintah Qatar menyelidiki insiden peretasan di kantor berita mereka pada 23 Mei yang berujung pada kemarahan negara-negara tetangganya. Lembaga yang sementara dipimpin oleh Andrew McCabe itu meyakini bahwa para peretas dari Rusia lah yang memasukkan berita palsu.

Dalam berita palsu tersebut, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengkritik kebijakan AS terhadap Iran. Dia juga memuji Iran sebagai negara yang menjadi kekuatan Islam. Komentar itu membuat negara-negara tetangganya panas. Sebab, selama ini Iran yang mayoritas penduduknya Syiah bertentangan dengan Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang didominasi oleh Sunni.

UEA kemarin menerapkan aturan-aturan baru yang lebih ketat. Salah satunya, larangan bagi para penduduknya agar tidak bersimpati pada Qatar. Baik secara lisan, tulisan, maupun via media sosial. Yang ketahuan bakal dihukum maksimal 15 tahun penjara atau denda minimal 500 ribu dirham (Rp 1,8 miliar).

Selain itu, siapa pun pemegang paspor Qatar tidak boleh masuk ke negara tersebut, bahkan hanya untuk sekadar transit. Hal itu berlaku pada ekspatriat UEA yang tinggal dan berpaspor Qatar.

Sementara itu, negara-negara yang memutus hubungan diplomatik dengan Qatar bertambah menjadi sembilan. Yaitu, Bahrain, Arab Saudi, UEA, Mesir, Yaman, Libya Timur, Maladewa, Mauritius, dan Mauritania. (reuters/arabnews/aljazeera/cnn/sha/c20/any)


Rusia dituding sebagai aktor utama kisruh peretasan yang berujung isolasi terhadap Qatar. Yang menuding adalah badan intelijen AS alias FBI.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News