Saat KRI Kupang Jadi Tumbal Rudal Exocet MM40 Blok II

Saat KRI Kupang Jadi Tumbal Rudal Exocet MM40 Blok II
KENANGAN: Suwadi berpose di depan markas Satfib Koarmatim setelah KRI Kupang ditarik ke lokasi penembakan di Laut Jawa. (Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos)

Sebelum menjadi sasaran tembak, banyak kenangan yang dialami anak buah kapal (ABK). Khususnya Serma Bah Suwadi, 44. Bintara laut korps bahari itu kru yang paling lama bertugas di antara 23 awak lain.

Di kapal yang bernaung di bawah Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmatim itu, Suwadi bertugas sebagai operator jangkar. Tugas tersebut berada di bawah departemen operasi. Sejak bergabung menjadi TNI pada 1992, prajurit kelahiran Cirebon itu langsung ditempatkan di KRI Kupang. Sampai kapal dinyatakan pensiun pun, dia masih mengurusi administrasi gaji ABK eks KRI Kupang sebelum dikembalikan ke satuan kapal.

Sejak masih lajang maupun sudah berkeluarga, Suwadi tercatat sebagai anggota terlama di KRI Kupang. Sekalipun dia bergabung di kapal tersebut setelah beroperasi delapan tahun lebih. Ketika personel yang bertugas di kapal belum menikah, berlaku aturan berupa tidur dalam. Anggota harus bermalam di kapal sebelum melepas masa lajang.

Meski sudah berkeluarga, jam kerja Suwadi setiap hari banyak dihabiskan di atas kapal. Terutama ketika alumnus Sekolah Calon Tamtama TNI-AL angkatan XI-2 itu tidak berlayar. Kecuali saat tidak piket atau jaga darat akhir pekan setiap Sabtu dan Minggu. ’’Dulu ada tiga KLD (prajurit pangkat kelasi dua) yang seangkatan dengan saya. Semua sudah pindah. Tinggal saya,’’ kenang Suwadi.

Sejak berpangkat satu balok, Suwadi bertanggung jawab terhadap penggunaan jangkar di buritan. Dalam perkembangannya, Suwadi sudah 10 tahun lebih dipercaya menduduki jabatan juru bayar. Tugas itu berada di bawah departemen logistik. Tugas tersebut idealnya diduduki personel dari korps logistik, sesuai latar belakang pendidikan kejuruan atau kecabangannya. ’’Saya menggantikan juru bayar lama setelah sekolah cabareg (calon bintara reguler),’’ ingat pria yang berulang tahun setiap 24 Agustus itu.

Begitu lama bertugas di kapal itu membuat bapak tiga anak tersebut tidak bisa menyaksikan kelahiran anak sulungnya. Ketika kelahiran Sonia Widi Milasari, Suwadi sedang bertugas dalam operasi pergeseran pasukan (serpas) TNI/Polri di Dili, Timor Timur, 1992–1998. ’’Saya berlayar ke Dili meninggalkan istri dalam kondisi hamil empat bulan. Sepulang dari Dili, anak pertama perempuan saya sudah berusia empat bulan,’’ kenangnya.

Sebagai kenangan karena bertugas di ibu kota Timor Timur itu, nama depan anak sulungnya, Sonia, terinspirasi nama putri Gubernur Mario Viegas Carrascalao. Yakni, Sonia Carrascalao.

Namun, Suwadi merasa bersyukur bisa mendampingi istri saat melahirkan anak kedua dan anak ketiganya. ’’Alhamdulillah, pas kelahiran Malauna Widi Aditama pada 2004 dan Silvia Widi Hanifah pada 2013, saya berada di samping istri,’’ kenang suami Wiwik Sumarsih itu.

Latihan penembakan (latbak) rudal Exocet MM40 Blok II di perairan antara Pulau Raas, Sumenep dan Bawean, Gresik, kemarin (28/5) memakan tumbal KRI

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News