Saat Tidak Ada Kuliah Ikut Perajin, Kini Orderan Membeludak

Saat Tidak Ada Kuliah Ikut Perajin, Kini Orderan Membeludak
Shirojudin dan sejumlah peralatan pembuatan produk dompet kulit. Foto: Deni Kurniawan/Radar Ngawi/JPNN.com

Kini, Judin mengerjakan seluruh tahapan proses produksi kerajinan kulit seorang diri. Namun, tak jarang dia merasa kewalahan.

Sebab, pesanan tidak hanya datang dari tiga brand yang telah menjadi pelanggan tetap. ‘’Ada juga yang memesan suvenir sampai ribuan, seperti dompet gantungan kunci mobil ini,’’ imbuhnya.

Ketika pesanan tengah membeludak, Judin memilih mendahulukan order partai besar. Maklum, penyamakan dalam jumlah banyak akan lebih cepat dikerjakan lantaran bisa dikebut tiap tahapan prosesnya.

‘’Lumayan terbantu tenaga istri. Kebetulan dia juga lulusan ATK (Akademi Teknologi Kulit) Jogja,’’ tutur suami Ulfi itu.

Judin membanderol kerajinan kulit karyanya dengan harga bervariasi. Dompet kulit, misalnya, mulai Rp 35 ribu sampai Rp 250 ribu.

‘’Waktu masih di Jogja, saat tidak ada kuliah, saya ikut perajin,’’ ucapnya soal jurus menambah referensi tentang samak menyamak kulit.

Judin sempat bete saat awal ngenger ke salah seorang perajin. Pasalnya, pertanyaannya seputar samak menyamak tidak mendapat jawaban. Tidak menyerah dengan kondisi tersebut, dia berinisiatif mempelajari sendiri apa yang dipegangnya.

Mulai membuat pola, detail ukuran, sampai berbagai trik menyulap kulit menjadi benda-benda kerajinan. ‘’Sampai tiga kali pindah perajin kulit di sana (Jogja, Red),’’ ungkapnya.

Shirojudin menekuni bisnis kerajinan kulit sejak masih kuliah, kini dia mulai memetik hasil kerja kerasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News