Sabam Sirait Selalu Berjuang untuk Kebebasan Pers

Dia pun banyak mendapatkan nasihat dari Sabam Sirait.
Menurutnya, Sabam Sirait mengajarkan bahwa berdemokrasi itu tidak hanya pemimpin tetapi belajar jadi pengikut.
“Tahun 2005, saat saya dilantik sebagai anggota PAW menggantikan Novianti Nasution, Pak Sabam dilantik juga bersama. Dia (Sabam Sirait) bilang, “Andre, kau jangan belajar pemimpin tetapi kau harus berani belajar pengikut. Itu luar biasa, baru kali ini saya dengar,” tambah Andreas.
Dia pun mengenang momen saat Sabam Sirait melakukan interupsi pada Sidang Umum MPR.
Menurut dia, Sabam melakukan interupsi itu bukan untuk menjadi populer.
“Itu luar biasa. Interupsi ini dilihat seluruh dunia, belum ada sejarahnya waktu itu berani melawan Orde Baru di DPR,” katanya.
Lebih lanjut, Sabam juga menekankan pentingnya keterbukaan informasi publik dan kebebasan pers. Kebenaran itu muncul melalui dialog atau interaksi memperoleh kebenaran.
“Bang Sabam selalu bilang parle-parle itu tugas bicara, kalau tidak bicara buat apa di sini (parlemen). Saya banyak belajar dari dia. Bang Sabam punya panggilan hidup dalam politik. Saya menyaksikan itu,” kata Andreas Hugo Pareira.
Dukungan gelar pahlawan nasional untuk Sabam Sirait terus mengalir dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan DPR dan mantan wartawan senior.
- Di Hadapan Ribuan Buruh, Prabowo Dukung Marsinah Jadi Pahlawan Nasional
- Forum Purnawirawan TNI Usul Copot Wapres Gibran bin Jokowi, Pengamat: Ekspresi di Negara Demokrasi
- Jokowi Tempuh Jalur Hukum Perihal Tudingan Berijazah Palsu, Pengamat Politik Boni Hargens: Ini Pelajaran Berdemokrasi
- Wacana Gelar Pahlawan untuk Pak Harto dan Bagaimana Menyikapinya
- Soal Tuduhan Ijazah Palsu Kepada Jokowi, Pengamat: Kegagalan Memaknai Demokrasi dan Cara Beroposisi yang Sehat
- Muncul Penolakan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional, Mensos Merespons Begini