Safari Aladin

Oleh: Dahlan Iskan

Safari Aladin
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya harus menjawab itu. Namanya saja dialog sambil makan. Kris sudah empat tahun di Nanjing. Kuliah Nanjing University of Information Science & Technology).

Baca Juga:

Awalnya mengambil D3 software komputer. Tetapi tahun pertama harus belajar bahasa dulu. Kris sudah begitu pandai berbahasa Mandarin. Saya kalah total.

Nilai kelulusan D3-nya sangat baik: GPA-nya 3,54/4,50. Karena itu Kris ditawari untuk langsung ke S1. Dapat beasiswa dari universitas. Tetapi beasiswa itu hanya untuk prodi artificial intelligence.

Syarat kedua, beasiswa hanya berlaku untuk satu tahun. Baru kalau nilainya bagus bisa dilanjutkan tahun kedua.

"Puji Tuhan nilai tahun pertama saya bagus. Beasiswa bisa diteruskan. Mohon doa nilai di tahun kedua juga bagus," katanya.

Untuk pertanyaannya saya sulit menjawab. Saya pernah ke Wamena. Kotanya kian besar. Sejuk selamanya. Sekitarnya pun indah. Bergunung-gunung. Berlembah-lembah.

Ayah Kris seorang guru bahasa Inggris di Wamena. Kalau Kris pulang, saya tidak tahu harus kerja apa di sana.

Saya tidak punya ide. Ia sendiri juga belum tahu. Maka saya sampaikan apakah tidak sebaiknya bertahan dulu di luar negeri. Tidak harus di Tiongkok. Ke mana saja.

SAYA senang acara makan malam dengan mahasiswa di Nanjing ini di resto Aladin. Masakan Xinjiang. Serba kambing. Dengan mie kenyalnya yang besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News