Safari Aladin

Oleh: Dahlan Iskan

Safari Aladin
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ternyata keinginan Sasa jadi penyelam. Maka saya minta Sasa berpikir ulang. Jangan takut bekerja yang tidak cocok dengan keinginan. Terlalu banyak orang sukses lewat pekerjaan yang tidak disukai. Kuncinya sungguh-sungguh.

Banyak yang bertanya malam kemarin. Ike mengemukakan soal kepemimpinan. Ia sendiri ketua mahasiswa Indonesia di Nanjing.

Ike itu nama panggilan. Nama lengkapnyi: Eiricke Carolina de Poere. Asal Cibinong, Bogor. Berjilbab. Namanyi tidak seperti orang Sunda karena Ike masih keturunan Portugis dari kakeknyi.

Di Nanjing Ike mengambil prodi pendidikan bahasa Mandarin. Dia pernah sekolah bahasa di Guizhou, jauh di Tiongkok tenggara. Kini Ike menempuh S1 di Nanjing Shifan Daxue –IKIP-nya Nanjing.

Apakah Ike akan jadi guru bahasa Mandarin? “Saya akan bisnis. Agar ayah saya nanti tetap sibuk di usia pensiun beliau," katanya. Sang ayah ahli teh. Kini menjabat manajer senior di sebuah perusahaan teh. Sebentar lagi pensiun.

"Salah satu tugas utama pemimpin adalah menyelesaikan persoalan. Makanya harus latihan sejak dari muda: jangan pernah lari dari persoalan. Hadapi. Terjuni. Cari jalan keluarnya," kata saya. Masih banyak prinsip lainnya, tetapi takut tulisan ini akan terlalu panjang.

Saya sudah sering ke Nanjing. Kota ini kian modern saja. Ketika berbuka puasa di masjid, saya pilih jalan kaki dari Hotel Jinling. Nama hotel itu diambil dari nama Nanjing di zaman kuno.

Saya tiba di Nanjing dari Shanghai. Mampir satu malam di kota kecil Yangzhong yang baru kali ini saya datangi.

SAYA senang acara makan malam dengan mahasiswa di Nanjing ini di resto Aladin. Masakan Xinjiang. Serba kambing. Dengan mie kenyalnya yang besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News