Said Abdullah Minta Pemerintah Antisipasi Dampak Perang Dagang AS - Tiongkok

Said Abdullah Minta Pemerintah Antisipasi Dampak Perang Dagang AS - Tiongkok
Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah (kiri). Foto: Dok. Humas DPR

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa China masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar produk nonmigas asal Indonesia dengan nilai 13,6 miliar dolar AS sepanjang Januari-Juli 2019.

Negara tujuan ekspor terbesar selanjutnya yakni Amerika Serikat dengan nilai 9,9 miliar dolar AS atau berkontribusi 11,26 persen.

“Jadi, kalau dua negara raksasa ekonomi ini berperang maka akan membuat arus perdagangan dan rantai pasar global terhambat. Alhasil, kinerja ekspor Indonesia pun berpeluang terganggu karena penurunan permintaan,” jelasnya.

Ketua DPP PDIP Bidang Perekonomian ini berharap pemerintah harus terus mewaspadai tren pelemahan rupiah yang diperkirakan berlanjut hingga akhir September 2019 ini. Pemerintah tetap harus bersiap diri memperkuat kestabilan ekonomi dalam negeri.

"Saya memperkirakan, 2020 tetap masih ada tekanan eksternal. Untuk itu, fundamental ekonomi di dalam negeri harus diperkuat. Ini penting agar kurs, inflasi, tingkat bunga dan sebagainya tidak terlalu bergejolak,” ucapnya.

Lebih lanjut, Said mengapresiasi target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2020 diusulkan sebesar 5,3 persen atau meningkat dari outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,2 persen. Target pertumbuhan ekonomi ini moderat sesuai dengan kondisi kekinian ekonomi domestic dan global.

Namun, dia melihat tren perkembangan ekonomi global yang melambat dan pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun 2019 yang belum terlalu menggembirakan.

Hal ini tercermin dari sikap pemerintah yang tidak confident dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Padahal seharusnya Pemerintah bisa lebih optimistis, karena berada pada awal periode Pemerintahan.

“Tim ekonomi bisa mengambil banyak pengalaman selama periode pemerintahan sebelumnya,” ucapnya.

Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah memperkirakan tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih belum mereda sebagai dampak dari kondisi ekonomi global yang belum membaik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News