Sajak Sunyi Sebelum Sapi Sepi

Oleh Dahlan Iskan

Sajak Sunyi Sebelum Sapi Sepi
Dahlan Iskan.

Tapi penduduk setempat menyiapkan tikar pandan untuk saya. Dan membuatkan dua api unggun. Untuk menghangatkan badan. Sambil membakar singkong dan jagung.

Di bawah api unggun yang kedua itu ditanam keladi. Agar tanahnya panas: memasakkan keladi di bawahnya.

Pak kepala desa ikut ngobrol di atas tikar. Dengan bibir dan giginya yang memerah. Habis makan sirih dan pinang. Demikian juga pak kepala suku. Beserta istri dan adik perempuannya.

Diskusi pun asyik. Di atas tikar pandan yang amat lebar. Sudah biasa saya bersila di atas tikar pandan. Waktu di desa di Magetan dulu.

Tapi belum pernah melihat tikar pandan selebar ini. ”Di sini ukuran tikar disesuaikan dengan luasan rumah,” ujar ibu kepala suku.

Kami mengobrolkan ternak-ternak yang kian hilang. Dari padang yang lapang ini. Sapi yang kian sepi. Kuda yang kian langka. Dan kerbau yang bernasib sama.

Saya lihat kandang-kandang sapi yang kosong. Di mana-mana. Tinggal pohon-pohon gamal sebagai pembatas kandangnya. Yang tidak ada isi di tengahnya.

Desauan angin menambah sejuknya udara malam di savana Sumba. Khas kesejukan bulan Juli dan bulan sesudahnya. Terbawa musim dingin di Australia. Yang menjadi tetangga jauhnya.

Saya di Sumba lagi kemarin. Hampir saja bertemu David Beckham. Yang juga di Sumba. Lima hari pesawat Beckham di Bandara Tambolaka. Pesawat jet jenis Hawker.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News