Sakral, Penghubung dengan Roh Para Leluhur, Ramai Jelang Pemilu

Sakral, Penghubung dengan Roh Para Leluhur, Ramai Jelang Pemilu
Prosesi sakral adat Kesultanan Tidore yang dilaksanakan di rumah adat sowohi di Gurabunga. Foto: Fakhrudin Abdullah/Malut Post/JPNN.com

Para sowohi ini berasal dari lima marga besar, yakni Mahifa, Toduho, Tosofu Malamo, Tosofu Makene, dan Fola Sowohi. Masing-masing marga memiliki rumah adatnya yang masih kokoh berdiri hingga sekarang.

Hi Abdullah Mahifa, salah satu tetua adat dari marga Mahifa, menunggu Malut Post (Jawa Pos Group) di rumah adat Sowohi Mahifa, Sabtu (20/5).

Rumah tersebut masih dipertahankan bentuk aslinya, meski sudah beberapa kali direnovasi. Dindingnya terbuat dari bambu dan berlantaikan tanah. Rumah-rumah adat ini memiliki lima ruangan yang melambangkan lima waktu salat.

Warga percaya, rumah adat masih dihuni roh para leluhur. ”Rumah adat dianggap sakral karena masih dihuni roh leluhur,” ungkap Abdullah.

Sejak dulu, tradisi gaib masih terjaga oleh para sowohi. Pemerintahan Kesultanan Tidore tak pernah lepas dari petunjuk para sowohi yang dipercaya sebagai mediator roh leluhur.

”Jadi segala sesuatu, misalnya Sultan Tidore bepergian atau ada kegiatan-kegiatan Sultan yang amat penting, misalnya di Papua yang juga wilayah adat Kesultanan Tidore, Maka Sultan harus datang langsung ke rumah adat sowohi untuk meminta nasehat,” tutur Abdullah.

Saat menghadapi permasalahan pelik pun, Sultan Tidore amat mengandalkan para sowohi untuk tempat meminta nasihat.

Saat pecah konflik horizontal antara Pasukan Kuning dari Kesultanan Ternate dan Pasukan Putih dari Kesultanan Tidore 2000 lalu misalnya, Sultan Tidore saat itu langsung datang dan meminta petunjuk pada Sowohi Mahifa.

Kampung adat Gurabunga, di lereng Gunung Kie Matubu, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Selain keindahannya, Gurabunga dikenal sebagai kampung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News