Sama Sulit

Oleh: Dahlan Iskan

Sama Sulit
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Dahlan, ikam jangan bikin koran di Banjarmasin lah," pinta Djok pada saya. Ia tidak ingin B-Post punya pesaing kelas berat.

Saya baru berani mendirikan koran di Banjarmasin setelah Djok sendiri menjual B-Post ke Kompas. Telat. Gara-gara tenggang rasa dengan teman itu saya telat masuk Kalsel. Saya pun tidak pernah berhasil mengalahkan B-Post.

Kisah yang sama terjadi di Denpasar, Bali, dan di Bandung. Saya tidak bikin koran di dua kota itu. Saya diwanti-wanti teman sekelas saya yang jadi wartawan di Bali Post: jangan bikin koran di Bali. Saya juga diminta Pak Atang Ruswita, pendiri Pikiran Rakyat yang saya hormati, agar jangan masuk Bandung.

Itulah sebabnya saya juga telat bikin koran di Bali dan Bandung. Yakni setelah teman sekelas saya itu tidak bekerja lagi di Bali Post. Juga setelah Pak Atang Ruswita meninggal dunia.

Kini persaingan seperti itu tidak diperlukan lagi. Yang menyaingi dan yang disaingi sudah sama-sama sulit. (*)


Berita Selanjutnya:
Jahat Enak

Rupanya diperlukan satu orang Bugis untuk menengahi dua orang Banjar yang hebat-hebat. Nono Makarim –ayahanda Mendikbud sekarang turun tangan.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News