Sambil Berdendang Biduk Hilir

Sambil Berdendang Biduk Hilir
Menteri Pariwisata Arief Yahya menerima beberapa tour operator besar Eropa di atas Kapal Phinisi, ikon Paviliun Indonesia di ITB Berlin. Foto: Don Kardono/Indopos/JPNN

jpnn.com - Ketika jiwa marketing sudah melekat, di manapun, kapanpun, situasi apapun, dengan siapapun, tetap saja berujung pada target sales dan revenue. Khas pebisnis dan pelaku usaha saat berpromosi. Itu yang terbaca dari sosok Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI saat memimpin pasukan khusus promosi Wonderful Indonesia di kancah Internationale Tourism  Bourse (ITB) Berlin, Jerman. 

Don Kardono – BERLIN, JERMAN.

PEPATAH Melayu kuno sudah menyebut, “Sambil berdiang nasi masak, sambil berdendang biduk hilir.” Sekali action, tanpa ba bi bu, tuntas tas tas tas segala macam persoalan, dan akhirnya membawa hasil yang mengharukan.

Itu kata mutiara yang nyaring menggetarkan genderang telinga, tetapi tak gampang implementasinya di lapangan. Enak di bibir, mudah diucap, logis teoritis, tetapi tak semua orang teruji gigih dan konsisten menjalaninya.

Arief Yahya termasuk yang tidak setengah-setengah menggarap bursa pasar pariwisata paling akbar di ITB Berlin ini. Semua negara dari semua benua memang all out, serius, bersaing habis, dan tidak mau kalah pamor, di ajang bertemunya pelaku bisnis tour and travel dan private buyers dunia itu. Apalagi negara-negara yang sudah menempatkan sektor wisata sebagai pedati utama penyokong devisa? Atau mereka yang sudah mengintip ada emas di balik perhelatan tahunan itu?

Lalu apa yang dilakukan Menpar Arief Yahya di tengah persaingan kreativitas antarbangsa pendulang bisnis pariwisata itu? “Saya ikut berjualan, saya ikut mempresentasikan potensi wisata Indonesia ke buyers. Pasar Eropa ini 80 persen masih melalui wholesaler atau tour operator. Itulah yang kami genjot habis, di ITB Berlin,” sebut mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.

Selama beberapa hari, Arief Yahya bertemu langsung dengan pelaku-pelaku tour operator besar yang setiap tahun membawa lebih dari 5000 wisatawan ke Indonesia. Tentu, itu ditangkap oleh pelaku bisnis tour travel sebagai keseriusan pemerintah Indonesia dalam menggarap dunia pariwisatanya.

Karenanya orang nomor satu di Kementerian Pariwisata itu rela berbusa-busa menjelaskan keunggulan kompetitif dan potensi sustainabilitas berkunjung ke berbagai spot menarik di Indonesia. “Mereka makin bersemangat menjual objek wisata kita,” kata Arief Yahya.

Ketika jiwa marketing sudah melekat, di manapun, kapanpun, situasi apapun, dengan siapapun, tetap saja berujung pada target sales dan revenue. Khas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News