Sampah Plastik Australia Berakhir di Desa Bangun, Mojokerto
"Kami mengerjakan hal ini demi anak-anak, demi sekolah mereka, dan untuk menutupi semua pengeluaran. Warga di sini bergantung pada bisnis daur ulang ini," kata Supiyati, salah seorang warga setempat.
Supiyati telah memilah sampah selama delapan tahun. "Saya pernah menemukan gigi emas. Saya jual Rp 800 ribu!" katanya kepada ABC.
Saat ini Supiyati mempekerjakan empat orang tenaga pemilah sampah, yang dibayar Rp 40 ribu perorang perhari.
Secara berkala, tampak truk-truk dari pabrik kertas datang ke sana menurunkan muatannya. Para tenaga pemilah sampah pun langsung bekerja memisahkan plastik.
Semua yang masih bisa didaurulang akan diikat dalam bundel dan dibawa pergi untuk dijual kembali.
Sedangkan sampah-sampah tersisa yang tidak berharga lagi - dibawa ke tepi sungai dan dibakar di sana.
Lebih murah kirim ke luar negeri
DR Joe Pickin, direktur Blue Environment di Australia secara terpisah menjelaskan, negara ini mengekspor sampah sebanyak lebih dari 4 juta ton per tahun, dan 20 persen di antaranya masuk ke Indonesia.
Menurut Dr Pickin ekspor sampah telah dilakukan Australia selama bertahun-tahun karena lebih murah dibandingkan biaya mengolahnya di dalam negeri.
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat