Sandal Tua

Oleh: Dahlan Iskan

Sandal Tua
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Yang juga berubah di Makkah adalah: kian banyak yang masuk masjid pakai sepatu atau sandal. Dulu sepatu-sandal itu wajib dilepas di pintu masuk. Lalu saat masjid dibersihkan semua alas kaki itu ikut dibersihkan. Sekali ke Makkah bisa lima kali beli sandal.

Kini terlihat ada pemandangan baru:  biasa saja di dalam masjid Al Haram memakai sepatu dan sandal. Mereka baru melepas saat akan salat. Sandal ditaruh di dekat kaki berdiri.

Pun ketika tawaf. Baik yang di dekat Ka'bah maupun yang di lantai 2. Kian banyak yang tetap pakai sepatu atau sandal.

Zaman dulu, apalagi di desa, sandal selalu menginjak kotoran ayam. Ada najis di bawahnya. Tetapi sepatu orang sekarang tidak pernah menginjak tahi ayam. Dari rumahnya yang bersih langsung masuk mobil yang bersih. Lalu masuk kantor yang juga bersih.

Sebagai orang desa saya masih risi melihat orang masuk masjid pakai sepatu atau sandal. Hati saya masih berontak. Lalu saya berpikir: apanya yang salah. Toh alas kaki itu tidak ada najisnya.

Saya bertanya ke seorang tua yang tawaf pakai sepatu. Wajahnya Arab. Ia ternyata seorang Palestina yang tinggal di Australia.
"Kenapa pakai sepatu?"

“Saya sudah tua. Telapak saya sakit menapaki marmer tanpa alas kaki," katanya.

Saya langsung mengenakan sandal yang sejak tadi saya jinjing. Saya juga sudah tua. (*)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Berita Selanjutnya:
Neom Uceng

COVID telah mengubah Madinah. Ada aturan baru masuk Raudhah. Aturan selama pandemi diteruskan. Kini untuk masuk Raudhah harus punya izin.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News