Sarjana jadi Petani, Hasilnya Lumayan Memuaskan
"Tapi sejak kecil sudah sering ikut ayah bertani. SMA, jurusan saya adalah pertanian. Jadi tidak sulit bagi saya geluti dunia pertanian," ungkapnya.
Usaha budidaya Fahri dan rekan-rekannya ini bukannya tak pernah mengalami kendala. Pada 2016, bisnis mereka sempat mandek lantaran minimnya permintaan pasar.
Penyebabnya adalah banyaknya tomat dan cabai impor dari luar Maluku Utara yang beredar di pasaran.
"Tapi itu tidak melemahkan semangat kami. Kami tetap bertani, karena itu sumber hidup kami," imbuhnya.
Meski kini permintaan pasar sudah kembali normal, Fahri berharap pemerintah mau melakukan intervensi yang menguntungkan petani lokal. Salah satu caranya adalah mengurangi impor rempah.
"Bila perlu putuskan rantai ketergantungan rempah dan sembako dari daerah lain, sebab bisa membahayakan petani lokal. Kami yakin pasokan di daerah bisa menjamin konsumsi masyarakat," tandasnya.(tr-01/kai)
Penyebabnya adalah banyaknya tomat dan cabai impor dari luar Maluku Utara yang beredar di pasaran.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Sumedang jadi Percontohan Pengembangan Program HDDAP, Siapkan Kembangkan Cabai
- HPL Badan Bank Tanah Ciptakan Lapangan Pekerjaan dan Pemerataan Ekonomi
- Kementan Tetapkan Kriteria Petani Penerima Pupuk Bersubsidi 2024
- Pandawa Agri Indonesia Raih Sertifikat EPD
- Jaring Potensi Petani Muda, Inilah 75 Nominee Young Ambassador Agriculture Pilihan Kementan
- Adaptasi Perubahan Iklim, Kementan Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian