Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (2-Habis)
Riski pun Tinggal Sendiri di Aula Sekolah
Kamis, 02 Februari 2012 – 00:02 WIB
Namanya yang mengesankan sebagai lelaki memang mengecoh pejabat di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Sumba Timur. Andai mereka mengetahui Riski adalah perempuan, bisa jadi dia tidak akan ditugaskan sendiri seperti itu.
Anak tertua di antara dua bersaudara yang dilahirkan Desember 1988 itu memanfaatkan aula sekolah sebagai tempat tinggal. Sendirian, dia harus melewati malam tanpa aliran listrik dengan jendela yang hanya dipasangi kawat ram.
Mengetahui kondisi seperti itu, rekan-rekannya yang ditugaskan di SMP Uma Ndudu bergantian menemani Riski. SMP Uma Ndudu adalah sekolah terdekat dengan SD Ramuk yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki naik-turun bukit sekitar satu jam.
Lutfi "panggilan akrab Prof Lutfiyah" akhirnya bisa mengunjungi dan bertemu langsung dengan Riski di "mess"-nya, aula SD Ramuk. Begitu Riski membuka pintu aula dan melihat Lutfi, wajah imut namun tegar itu seakan tidak percaya dengan sosok yang berdiri di hadapannya.
Kondisi topografis Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), melahirkan banyak sekolah terpencil. Bagi para sarjana SM3T, keterbatasan itu
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor