SBY Dinilai Tak Lagi Memuaskan

SBY Dinilai Tak Lagi Memuaskan
MENURUN - SBY saat memberikan keterangan pers usai penutupan KTT ASEAN lalu. Foto: Dok. JPNN.
Terkait dengan waktu pelaksanaan survei, Sunarto menilai, ada kemungkinan sekarang ini tingkat kepuasan terhadap kinerja ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu bisa semakin turun. Hal itu mengingat, survei dilaksanakan sebelum peristiwa hukum pancung terhadap Ruyati, TKI di Arab Saudi. "Sekarang potensi besar akan lebih turun karena isu penderitaan buruh dan ketersinggungan nasionalisme itu sangat besar pengaruhnya di publik," papar direktur PT Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP) tersebut.

Berdasar hasil survei, merosotnya kepuasaan atas kinerja SBY itu juga telah menyebar ke berbagai segmen. Mengacu pada distribusi lokasi tinggal pemilih, kepuasan publik yang tinggal di perkotaan lebih kecil daripada angka kepuasan secara umum. Yaitu, hanya 38,9 persen. Di pendesaan, kepuasaan publik masih 52,5 persen. Selain itu, dilihat dari tingkat pendidikan, kalangan pendidikan tinggi juga rendah tingkat kepuasannya (39,5 persen). "Ini  wajar karena masyarakat kota dan pendidikan tinggi lebih punya akses ke informasi," jelas Sunarto.

Selanjutnya, dari hasil depth interview (wawancara mendalam) yang dikembangkan menyertai survei nasional tersebut, terekam pula bahwa penyebab menurunnya kepuasaan atas leadership SBY adalah banyaknya kasus besar nasional yang tidak ditangani tuntas pemerintahan di bawah SBY. "Intinya, publik banyak menganggap SBY kuat di wacana, tapi lemah di eksekusi," beber Sunarto, kembali.

Selain itu, SBY juga dianggap publik terlalu reaktif. Kasus beberapa curhat SBY ke publik menjadi landasannya. Selain pernah curhat soal dirinya yang direpresentasikan sebagai kerbau dalam aksi demo atau soal gaji presiden yang belum naik, terakhir, SBY juga terlalu reaktif atas SMS (mengaku Nazaruddin) yang menyerang pribadinya. "Publik merasa curhat terhadap hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kelasnya sebagai presiden," tandasnya.

JAKARTA - Tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasuki titik kritis. Hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News