Sciencetifikasi Jamu Terbentur Penelitian

Sciencetifikasi Jamu Terbentur Penelitian
Sciencetifikasi Jamu Terbentur Penelitian
JAKARTA - Upaya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menjadikan jamu sebagai obat yang diberikan kepada pasien masih sulit dilakukan. Meskipun, sudah ada beberapa rumah sakit yang menerapkan hal tersebut. Pasalnya, baru ada enam jamu yang discientifikasi dan 31 obat herbal terstandar.

Wakil Menteri Kesehatan Ali Guhfron Mukti mengatakan, sciencetifikasi jamu adalah hal yang sangat penting. Karena, keuntungan yang ada sangat luar biasa. Dengan sciencetifikasi, jamu dapat memberikan kemanfaatan. "Dengan sciencetifikasi kita ingin melakukan evidance base. Secara ilmiah dikaji seberapa jauh obat tradisional memberikan manfaat," ucap Ali saat seminar Indonesia “Cinta Sehat, Saatnya Jamu Berkontribusi” di Jakarta.

Menurut mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta ini, begitu banyak jenis jamu. Hanya saja, potensi tersebut tidak diikuti penelitian untuk menjadikannya obat terstandar. Sebabnya, dana yang dimiliki terbatas. "Ahli-ahli dulu belum sesemangat sekarang. Makanya, kita buat direktorat khusus. Saya optimis lebih maju dari sekarang," katanya.

   

Ia mengatakan, sekarang ini pendekatan kedokteran yang diterima adalah pelayanan kesehatan barat. Bukan jamu seperti yang diinginkan pemerintah. Karenanya, diperlukan satu bukti ilmiah. "Evidance, sehingga jamu ketika diberikan ada keamanan dan keefektifan. Meningkatkan preventif dan daya tahan tubuh. Beberapa yang sudah terbukti efek kuratif," papar Ali.

JAKARTA - Upaya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menjadikan jamu sebagai obat yang diberikan kepada pasien masih sulit dilakukan. Meskipun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News