SD Negeri Berdinding Seng, Lantai Tanah, Ini di Indonesia!

SD Negeri Berdinding Seng, Lantai Tanah, Ini di Indonesia!
Kondisi SDN Raibasin di Desa Manleten, Belu, pada 10 Maret lalu. Sekolah tersebut menampung 88 siswa. Foto: BAYU PUTRA/JAWA POS

Tidak ada listrik dan jendela di kelas di sekolah yang total memiliki 88 siswa tersebut. Agar tetap ada cahaya, pintu kelas harus dibuka selama pelajaran berlangsung. Konsekuensinya, bila hujan turun, suara guru pun akan kalah dengan tetesan air yang menghunjam lempengan seng. Saat cuaca terik dan kering, kadang angin akan membawa debu di lapangan masuk ke dalam kelas.

Ke-88 siswa seluruhnya berasal dari tiga dusun, yakni Raibasin, Halifunan, dan Borateto. SDN Raibasin memang didirikan dengan dua tujuan. Pertama, memfasilitasi anak-anak WNI kelahiran Timor Timur (kini Timor Leste) yang sering disebut warga baru. Tujuan lain, mendekatkan sekolah dengan tempat tinggal para siswa.

Belu yang beribu kota di Atambua memang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Agus Tinho Pinto, penggagas sekolah yang baru beroperasi pada tahun ajaran 2015–2016 itu, juga kelahiran bekas provinsi ke-27 Indonesia tersebut.

Anggota DPRD Belu itu mengaku hanya menyediakan tanah. Wargalah yang kemudian bergotong royong membangun sekolah tersebut semampunya. ”Yang penting bangunan berdiri tegak. Jadi, warga bisa menyekolahkan anak-anak mereka tidak jauh dari rumah,” tutur Agus.

Tak dinyana, belum lama sekolah yang letaknya tak jauh dari Atambua itu berdiri, Pemerintah Kabupaten Belu memberikan status sekolah negeri. Sehingga SDN Raibasin bisa mendapatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

Ester Lika Mali, salah seorang guru di SDN Raibasin, menerangkan, ke-88 siswa terbagi ke dalam tiga rombongan belajar. Masing-masing kelas I (23 anak), kelas II (21), dan kelas III (44). ”Untuk kelas III kami bagi menjadi dua kelas,” ucapnya kepada Jawa Pos.

Sebetulnya, imbuh Ester, ada sekolah lain yang jaraknya beberapa kilometer dari sekolahnya yang sekaligus menjadi induk sekolah tersebut. Yakni SDN Haekriit. Namun, jarak menjadi persoalan tersendiri bagi para siswa. ”Mereka harus naik ojek setiap hari dan itu mahal,” lanjutnya.

Selain itu, berjalan kaki tentu berbahaya bagi siswa. Sebab, jalurnya merupakan jalur utama yang mengarah ke perbatasan dengan Timor Leste. Sedangkan SDN Raibasin memiliki letak yang strategis di antara tiga dusun. Paling jauh, siswa hanya perlu berjalan kurang dari 1 kilometer untuk bisa sampai ke sekolah.

Kondisi bangunan SDN Raibasin yang berada di kawasan perbatasan Indonesia – Timor Leste, berlantai tanah, berdinding seng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News