Sebelum Dikoloni Spanyol, Filipina Dipimpin Perantau Minang

Sebelum Dikoloni Spanyol, Filipina Dipimpin Perantau Minang
Lukisan wajah Magellan di uang Filipina. Foto: Public Domain.

Karya itu dicuplik oleh Sayid Alwi bin Tahir Al Haddad, Mufti Kerajaan Johor (Malaya) dalam karya berbahasa Arab yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh oleh S. Muhammad Dija Shahab. Diterbitkan oleh Almaktab Addaimi, pada 1957.   

Di halaman 37 dan 41 buku itu dapat kita sarikan bahwa Raja Baginda dan Makhdum Awal yang mempunyai kapal sendiri mengelilingi pulau-pulau dan menyiarkan agama Islam. 

Hingga hari ini, makam Makhdum Awal masih bisa dilihat di Pulau Tapu, Filipina.

Raja Baginda, sebagaimana dicatat sejarah, adalah pengembara dari Minangkabau yang menyiarkan agama Islam dan menjadi Raja Sulu dan Wansa.

Raja Baginda punya murid bernama Sayid Syarif Abubakar anak Sayid Syarif Ali Zainal Abidin bin Ali Albagir, saudara Sayid Syarif Kabungsuan dari Johor.

Ia pernah jumpa Makhdum Awal di Sumatera dan menulis buku Addur-al-Mandzum yang berisi 90 pasal ke-Islaman untuk pedoman dan contoh bagi Sultan Iskandar Syah dari Johor.

Sayid Syarif Abubakar lah yang mendirikan masjid pertama di Sulu, Sandakan, pada 854-855 Hijriah atau 1450-1480 Masehi.

Dia menikah dengan Paramesuli, anak perempuan Raja Baginda. Sebelum menikah, Abubakar sudah terlebih dahulu sudah menjadi kepala para penghulu dan imam.

SPANYOL menamai negeri itu Philipina—sebagai penghormatan kepada King Philip, suami Tuan Putri Joanna. Jauh sebelumnya, negeri itu dipimpin pengembara Minang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News