Sebuah Perkampungan di Bali, Banyak Warganya Bisu-Tuli

Sebuah Perkampungan di Bali, Banyak Warganya Bisu-Tuli
Beberapa warga kolok Desa Bengkala sedang ”berbicara” dengan aparat desa setempat. Warga sudah terbiasa menggunakan bahasa isyarat dalam pergaulan sehari-hari. (Eka Prasetya/Jawa Pos Radar Bali)

Dalam struktur adat, warga kolok juga merasa punya ”kewajiban” untuk terlibat dalam setiap proses penggalian kubur. Upacara kematian di Bengkala memang sedikit berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya.

Warga di desa itu memilih menguburkan kerabatnya yang meninggal daripada melakukan upacara ngaben (pembakaran mayat). Alasannya, upacara ngabenmembutuhkan biaya hingga ratusan juta rupiah.

Tak diketahui pasti sejak kapan warga kolok memiliki kewajiban menggali kubur tiap kali ada warga desa yang meninggal dunia. ”Kalau dulu biasanya kerabat terdekat yang menggali kubur. Tapi, sudah puluhan tahun ini warga kolok yang wajib menggali. Sejak kapan ada pergeseran seperti itu, saya juga kurang tahu,” jelas Ketut Kanta, ketua Paguyuban Kolok Desa Bengkala.

Warga kolok dikenal sangat ulet dalam bekerja, apa pun pekerjaan yang mereka geluti. Entah itu buruh bangunan, peternak, ataupun pekerjaan serabutan lainnya. Mereka juga dikenal disiplin terhadap waktu. Mereka sangat anti jika pekerjaan yang sudah dijanjikan tak dimulai tepat waktu. Bagi mereka, waktu sangat berharga. Sebab, waktu bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam atau memelihara ternak.

Dalam hal berkesenian, kelompok warga bisu-tuli juga piawai menari janger. Mereka membentuk kelompok kesenian Sekaa Janger Kolok yang digagas almarhum I Made Nedeng pada 2000. Seluruh anggota sekaa adalah warga bisu-tuli.

Bagaimana mereka bisa mendengar alunan musik yang mengiringi gerakan kalau mereka tak bisa mendengar? Usut punya usut, para penari kolok itu ternyata melihat aba-aba tangan dari penabuh kendang setiap akan berganti gerakan. Sehingga mereka bisa menari dengan kompak mengikuti irama tetabuhan.

Keahlian mereka menari janger sudah diakui di seluruh Bali. Beberapa kali mereka tampil di hotel bintang lima maupun festival-festival kesenian.

Mereka juga dijadwalkan tampil dalam ajang tahunan Pesta Kesenian Bali pada 26 Juni mendatang. ”Kalau mau mengundang mereka harus booking jauh hari sebelumnya agar bisa dijadwalkan,” tutur Kanta. (*/bersambung/yes/c9/ari)


DI sebuah desa di Bali, banyak warganya cacat bisu dan tuli, yang berlangsung ratusan tahun secara turun-temurun. Ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News