Sederhanakan Partai untuk Efektifkan Pemerintahan
Kamis, 31 Maret 2011 – 09:05 WIB
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menghambat berjalannya sistem presidensial, yakni jumlah partai yang banyak dan tidak ada yang idiologis, serta koalisi partai politik yang dibangun pemerintah tidak solid. ”Kalau mau mengubah, caranya dengan menyederhanakan jumlah partai politik. Saya setuju ambang batas parlemen 5 persen,” kata Mubarok.
Menurutnya, meski pemimpin lembut, pemerintahan akan tetap berjalan efektif jika koalisi solid. Sebaliknya, pemerintahan juga bakal tetap efektif meski koalisi tidak solid, asalkan pemimpinnya tegas. Karena pemimpin yang kuat akan menguasai sistem. ”Tapi sekarang ini, kita memiliki pemimpin yang soft. Karena itu, sistem multipartai harus disederhanakan agar pemerintahan solid,” jelas Mubarok.
Maswardi Rauf menilai, sistem politik Indonesia memiliki potensi mengalami deadlock seperti banyak terjadi di negara-negara Amerika latin. Pemerintahan lumpuh karena presiden dan parlemen bertikai dan tidak menemui titik temu. ”Deadlock terjadi karena presiden dan parlemen sama-sama kuat, sama-sama mendapat legitimasi yang sama dari rakyat. Ketika berseteru, tidak ada yang bisa melerai. Kondisi ini berpotensi terjadi di Indonesia jika melihat kondisi kepartaian saat ini,” kata guru besar politik UI ini. (dri)
JAKARTA – Sistem presidensial selama ini tidak berjalan dengan baik akibat sistem multi-partai yang juga dianut dalam demokrasi di Indonesia.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Zulhas Sebut Prabowo-Gibran Dipilih karena Dicintai Rakyat, Bukan Bansos
- Gerindra Respons Pernyataan Ganjar Pranowo soal Politik Akomodasi
- Masyarakat Papua Tolak Sjafrie Sjamsoeddin Masuk Kabinet Prabowo-Gibran
- Prabowo Sudah Kantongi Nama Jagoan Gerindra di Pilkada Jakarta
- Kursi PAN di DPR Bertambah, Zulhar Berterima Kasih kepada Prabowo
- Elite Gerindra Sebut Wacana Presidential Club Segera Dibahas dalam Waktu Dekat