Sejak Bayi, Pendidikan Warga Dijamin Negara

Sejak Bayi, Pendidikan Warga Dijamin Negara
BANYAK BELAJAR: Triwahjuni Handayani (dua dari kanan) saat berada di Finlandia. Foto: Triwahjuni Handayani for Jawa Pos

Salah satu kebijakan yang menarik, sepasang suami istri yang baru saja mempunyai anak diberi waktu cuti selama tiga tahun. Tujuannya, suami istri tersebut bisa berfokus mengurus anaknya tanpa menitipkan kepada pembantu. Selama cuti dari pekerjaan, mereka juga tetap digaji. ”Di Indonesia, tanpa ada peraturan seperti itu saja, sudah banyak yang hamil, apalagi kalau ada,” ucapnya, lantas terkekeh.

Selain itu, tempat-tempat lain yang mereka kunjungi adalah Finland University, sekolah komprehensif Kalajarvi, Serikat Guru Finlandia atau Opetusalan Ammattijärjestö (OAJ), Dewan Pendidikan Nasional Finlandia, dan Universitas Haaga-Haila.

”Saat di sekolah Kalajarvi, kami jadi tahu bahwa setelah satu jam pelajaran, siswa selalu diberi waktu 15 menit untuk istirahat,” imbuh perempuan yang mengidolakan Ki Hajar Dewantara tersebut.

Menurut Tri, sebenarnya hal itu sangat efektif. Sebab, pikiran seorang anak bisa lebih fresh dalam menerima pelajaran. ”Kalau di sini, dari pagi sampai siang diajar terus. Ibarat gelas diisi air sampai tumpah,” paparnya.

Selain teori, seluruh sekolah di Finlandia juga menekankan praktik. Salah satu yang unik adalah praktik wedding organizer. Praktik tersebut diberikan saat SMP. Caranya, satu kelas diharuskan mengatur acara pernikahan. Setiap anak mendapatkan tugas yang berbeda.

Kenapa wedding organizer? Sebab, pergelaran tersebut dinilai komplet. Para siswa tidak hanya belajar praktik manajemen, tapi juga mencari tahu soft skill mana yang lebih dikuasainya. Kualitas siswa yang baik juga tidak lepas dari kualitas guru.

”Di Finlandia, guru SD sampai SMA atau SMK minimal lulusan S-2. Sebelum praktik menjadi guru, seseorang juga harus menjalani training,” ucap guru matematika tersebut.

Pemerintah juga yang menyekolahkan calon guru itu untuk jenjang S-2. Tahapnya, setelah lolos dari seleksi guru, pendaftar akan menjalani tes pedagogis (kajian pendidikan). Setelah lulus, mereka baru bersekolah S-2. ”Lulus S-2 juga tidak langsung ngajar. Mereka harus menjalani training selama beberapa lama. Jadi, mereka terjun mengajar itu sudah siap,” tutur dia.

”MASIH berantakan. Belum sempat beres-beres. Sejak pulang dari Finlandia, badan saya ambruk,” sambut Triwahjuni Handayani untuk mengawali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News