Sejarah Ponpes Al Mukmin Ngruki, dahulu Menentang Pancasila, kini Kibarkan Sang Dwiwarna

Sejarah Ponpes Al Mukmin Ngruki, dahulu Menentang Pancasila, kini Kibarkan Sang Dwiwarna
Menko PMK Muhadjir Effendy menjadi inspektur pada upacara HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sidoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/8). Foto: Romensy Agustino/JPNN.com

Ternyata perkembangan jumlah santri Ponpes Ngruki sangat pesat. Walakin, sarana dan prasarana pada waktu itu masih terbatas.

Pada 1974, pengurus YPIA memindahkan lokasi Ponpes Al Mukmin ke Dukuh Ngruki di Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi baru itu merupakan tanah wakaf milik KH Abu Amar.

Sejak itulah madrasah tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki.

Pada 1982, Abdullah Sungkar dan Ba'asyir harus berurusan dengan hukum. Kala itu, penguasa Orde Baru menuduh dua sekawan tersebut menghasut orang menentang Pancasila.

Pada pertengahan dasawarsa 1980-an, Sungkar dan Ba'asyir melarikan diri ke Malaysia. Duet itu baru kembali ke Indonesia pada 1999 setelah Orde Baru runtuh.

Sungkar meninggal pada 1999. Namun, Ba'syir meneruskan kiprahnya menyuarakan jihad.

Cap radikal pun tersemat pada Ponpes Ngruki. Beberapa alumninya terlibat dengan terorisme.

Misalnya, ada Fathurrahman al-Ghozi yang lulus dari Ponpes Al Mukmin pada 1986. Dia tewas ditembak aparat Filipina pada 2003.

Ponpes Ngruki yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir cum suis menjadi sorotan karena untuk kali pertama menggelar upacara bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News