Sekarang tidak Takut, Belanda Sudah tak Ada di Sini
Setelah menemukan kain, Amina masih harus mencari benang. Tak mudah menemukan di zaman itu. Tak habis akal, ia memarut daun nanas dan mengambil seratnya. Serat nanas cukup kuat untuk dijadikan benang penyatu lembaran kain merah dan putih.
“Saya ambil daun nanas di belakang rumah lalu dijadikan benang untuk jahit bendera itu,” tutur Amina yang kini memiliki tiga orang cicit.
Perempuan yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan itu menjahit bendera tersebut di rumahnya yang dalam keadaan kosong. Saat itu hari masih pagi.
Tak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan jahitan tersebut. Begitu proses penjahitan rampung, Abdullah dan beberapa temannya datang untuk mengambil bendera itu.
Amina dan Abdullah bersepakat tak akan saling tunjuk apabila tentara Belanda menangkap salah satu dari mereka. “Kalau Dullah tertangkap Belanda, maka dia tidak akan menunjuk saya. Begitu juga sebaliknya,” kata perempuan yang buta aksara tersebut.
Awalnya, bendera tersebut akan dikibarkan di Jembatan Residen, Ternate. Namun ketatnya penjagaan tentara Belanda membuat Abdullah dan kawan-kawannya harus mengubah rencana.
Menggunakan perahu dayung, rombongan ini kembali ke Pulau Tidore dan mulai mencari tempat yang dipandang strategis untuk menancapkan simbol perlawanan terhadap pendudukan Belanda yang masih berlangsung di Malut tersebut. Tanjung Mareku kemudian dianggap sebagai lokasi yang sempurna.
Tanjung itu sendiri letaknya hanya berkisar 50 meter dari rumah Amina. “Bendera itu dikibarkan pagi hari tanggal 18 Agustus 1946 di Tanjung Mareku. Ketika Belanda patroli hari itu, mereka langsung melihat bendera itu karena letaknya tepat di pinggir jalan raya,” cerita istri dari almarhum Abubakar ini.
Tentara Belanda murka melihat keberadaan bendera yang dikibarkan dengan sebatang bambu itu. Meski demikian, tak ada satu pun yang berani menurunkan bendera tersebut.
AMINA Sabtu. Perempuan yang berjasa menjahit bendera merah putih pertama yang dikibarkan di Maluku Utara, setahun setelah Indonesia Merdeka. 70 tahun
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor