Sekolah Anak-anak TKI, Gurunya Bergelar Master dan Doktor

Sekolah Anak-anak TKI, Gurunya Bergelar Master dan Doktor
Rombongan Dompet Dhuafa Indonesia saat mengunjungi sekolah rintisan untuk anak-anak TKI di Johor Bahru, Malaysia. Foto: Sholahuddin/Jawa Pos

’’Nanti ada juga nama Pak Anies Baswedan kalau ruang kelasnya bertambah. Insya Allah terus kami bangun,’’ kata Taufiqur Rijal, konsul jenderal RI di Johor Bahru, saat mendampingi rombongan Dompet Dhuafa Indonesia yang dipimpin Presdir Ahmad Juwaini ketika mengunjungi sekolah rintisan tersebut awal Maret silam.

Menurut Rijal, sebelum sekolah itu dibangun, anak-anak TKI harus belajar di ruangan seadanya. Mereka belajar di ruang aula kantor konjen yang disekat-sekat dengan papan. Karena itu, proses belajar-mengajar tidak efektif. Jumlah murid pun belum banyak. Baru setelah ruang-ruang kelas dari kontainer itu didirikan, jumlah anak yang bisa mengenyam pendidikan di ICC mencapai 100 orang.

Hanya, tidak mudah untuk mendapatkan murid. Rijal bersama staf konjen mesti blusukan ke tempat-tempat tinggal para TKI. Tujuannya, mendapatkan anak-anak yang mau bersekolah. Bahkan, tidak hanya di Johor Bahru, tapi juga ke wilayah Melaka, Pahang, dan Negeri Sembilan.

’’Kami datangi dan rayu-rayu supaya mau. Bahkan, kami jemput ke rumahnya kalau mau sekolah,’’ katanya.

Rijal mengungkapkan, sebagian besar murid sekolah rintisan adalah anak TKI yang bekerja di ladang kelapa sawit dan konstruksi serta pembantu rumah tangga (PRT). Di antara anak-anak itu, ada yang datang menyusul atau dibawa orang tuanya dengan visa kunjungan wisata. Atau masuk melalui jalur perbatasan secara ilegal.

Selain itu, ada anak-anak TKI yang lahir di tanah jiran karena perkawinan antar sesama TKI. Padahal, peraturan keimigrasian Malaysia melarang para TKI nonprofesional untuk menikah, membawa keluarga, atau bahkan melahirkan anak di Malaysia. Namun, faktanya, banyak juga yang tetap nekat.

’’Kondisi itulah yang sejak setahun terakhir ini menjadi tantangan saya. Apa pun kondisinya, mereka adalah generasi Indonesia, anak-anak bangsa,’’ tegas Rijal.

Jumlah siswa yang makin banyak, lanjut Rijal, ternyata juga membawa kendala tersendiri. Sebab, jumlah tenaga pengajarnya terbatas. Untung, banyak mahasiswa pascasarjana asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Malaysia yang mau membantu.

KONJEN RI di Johor Bahru berinisiatif mendirikan sekolah rintisan agar anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) punya masa depan. Pasalnya, belum semua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News