Sekolah Mosintuwu Rajut Perdamaian di Poso
Selasa, 19 Maret 2019 – 12:00 WIB
Diperlukan keberanian dan sikap memaafkan untuk bisa bergaul seperti ini. Mereka dipersatukan oleh pengalaman konflik.
"Rumah-rumah orang Islam dibakar dan harta bendanya dihancurkan. Demikian pula orang Kristen," kata Martince.
Sekolah perempuan Mosintuwu didirikan oleh Lian Gogali, seorang peneliti yang mewawancarai ratusan perempuan selama konflik.
Dia menemukan bahwa kaum perempuanlah yang pertama membangun jembatan lintasagama.
Photo: Pendiri sekolah perempuan Mosintuwu, Lian Gogali. (ABC: Nicole Curby)
Sementara itu, katanya, pria hanya berpikir bagaimana saling membunuh.
Sejak pertama kali didirikan pada tahun 2009, lebih dari 500 wanita dari 80 desa setempat ikut dalam program di sekolah itu.
Sekitar 200 di antaranya kini aktif dalam berbagai peran yang biasanya diperuntukkan bagi pria. Termasuk Martince.
BERITA TERKAIT
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka