Semangat Tebu Preman dan Bibir Terkatup

Semangat Tebu Preman dan Bibir Terkatup
Semangat Tebu Preman dan Bibir Terkatup

Saya masih yakin ilmu pengetahuan yang kini sudah begitu majunya akan bisa mengatasinya. Tantangannya memang sangat besar dan banyak, tapi justru di situlah asyiknya. Ilmu pengetahuan, disiplin tinggi, dan kerja keras harus jadi solusi.

Tahun lalu saya sudah meningkatkan anggaran penelitian tebu menjadi Rp 5 miliar dari sebelumnya, selama bertahun-tahun, hanya Rp 1 miliar. Tahun ini saya minta ditingkatkan lagi menjadi Rp 10 miliar. Ahlinya cukup memadai. Ada lima doktor di situ. Di bawah Dr Aris yang selalu lulus cum laude di tiga jenjang pendidikan tingginya. S1-nya IPB jurusan tanah; S2-nya di NSW, Australia, bidang bioteknologi; dan S3-nya di Ulm, Jerman, di bidang teknologi pangan.

Putra kelahiran Kuningan tahun 1966 ini memang baru saya terjunkan memimpin tim riset ini 2012 lalu. Intinya: harus ditemukan bibit tebu jenis "preman Medan". Jangan sekali-kali menanam tebu biasa. Jenis tebunya harus yang sekaligus tahan atas semua persoalan yang panjang ini: tahan angin (batang harus kaku), tahan hujan, tahan hama penggerek batang raksasa, tahan hama penggerek batang garis-garis, tahan penyakit daun hangus, penyakit busuk batang, penyakit pembuluh luka api, dan banyak lagi.

Tidak ada penyakit tebu yang lebih banyak daripada di Medan ini. Mengatasinya pun amat sulit. Ibarat komplikasi penyakit, obatnya harus saling bertentangan. Ini ibarat sakit gula komplikasi dengan liver. Yang satu jangan minum gula, yang satu lagi perlu banyak gula.  

Tapi, sekali lagi saya masih yakin ilmu pengetahuan bisa mencarikan jalan keluar. Dr Aris sudah punya kesimpulan. "Tebunya harus dari jenis tebu liar," katanya. Yakni perkawinan antara tebu yang baik dan rumput liar sejenis gelagah. Varietas itu sudah dilahirkan di laboratorium P3GI dengan kombinasi lebih dari 20 jenis. Semuanya lagi diuji coba di Kwala Madu.

Mana di antara 20 kombinasi itu yang cocok ditanam di Medan baru akan diketahui dua bulan lagi. Kini tanaman uji coba itu baru berumur empat bulan. Kesimpulan baru bisa dibuat setelah tanaman berumur enam bulan. Semoga berkah Lailatul Qadar bisa sampai ke tanaman tebu.

Jumat-Sabtu-Minggu kemarin saya memang ke Medan, Pangkalan Susu, Langkat, Jember, Lumajang, dan Surabaya. PLTU Pangkalan Susu yang sangat besar itu, baik ukurannya (2 x 200 mw), lebih-lebih persoalannya, alhamdulillah sudah memasuki tahap uji coba. Saat saya berkunjung ke situ, turbin unit 2 sedang diuji. Beberapa jam kemudian saya mendapat laporan, turbinnya sudah berhasil diputar maksimal: 3.000 rpm. Ada harapan besar krisis listrik di Medan berakhir di 100 hari terakhir kabinet Presiden SBY.

Hari itu, setelah Jumatan di Masjid Tuan Guru Basilam, ke PG Kwala Madu, dan ke Pesantren Syekh Marbun Medan, saya langsung ke Surabaya, Jember, dan Lumajang. Di Surabaya tahun ini PT SIER (Persero) kembali menjadi tuan rumah khataman Alquran oleh 1.500 hufaz (orang-orang yang hafal Alquran 30 juz).

WAKTU saya duduk-duduk santai di bawah pohon besar bersama seluruh karyawan inti di halaman Pabrik Gula (PG) Kwala Madu, Langkat, Sumatera Utara,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News