Sempat Takut akan Dibunuh, Remaja 18 Tahun Ini jadi Imam Masjid Agung

Sempat Takut akan Dibunuh, Remaja 18 Tahun Ini jadi Imam Masjid Agung
Muhammad Sahl Amin Sulthoni. Foto: Radar Timika

Laki-laki yang mengidolakan Lionel Messi ini juga bercerita, jika keluarganya sempat keberatan dengan keputusannya ini. Tetapi pada akhirnya, kedua orang tuanya pun merestui.

“Awalnya sih orang tua tidak mendukung, karena ini pertama kali saya jauh dari orang tua, dan saya di sini sampai habis lebaran. Tetapi akhirnya mereka merestui keberangkatan saya ke sini (Timika, red), dengan alasan untuk menambah pengalaman,” katanya.

Sahl mengisahkan, pada awalnya dirinya tidak sengaja bisa masuk di pondok pesantren hingga menjadi imam sebuah masjid agung. "Saya itu dari kelas satu sampai kelas lima SD Negeri di Jakarta, kemudian pindah ke Boyolali, mungkin karena sudah jalan dari Allah. Karena nilai UAN saya jelek, saya pun masuk ke Pondok Pesantren Islamic Center Binbas Yogyakarta. Di sana saya mempunyai satu guru mengaji yang bernama Ustaz Abdullah Banan, yang membimbing saya dari kelas satu SMP sampai lulus SMA. Saya sangat berterima kasih sekali padanya,” katanya.

Sahl yang juga bercita-cita sebagai Imam Masjid Besar ini, mengatakan jika dirinya ingin melanjutkan kuliah di Madinah, kemudian jika tidak diterima, ingin berkuliah di salah satu universitas yang terletak di Jember.

Lalu, apa yang memotivasi Sahl menjadi seorang imam? Ternyata karena di keluarganya dia tidak pernah ditunjuk sebagai imam salat. Sehingga membuat dia ingin menunjukkan jika dirinya mampu dan bisa menjadi imam.

“Motivasi saya, adalah saya ingin menunjukkan kepada seluruh keluarga saya, jika saya bisa menjadi imam salat yang baik. Karena selama tujuh tahun ini saya menjadi santri, saya tidak pernah menjadi imam saat salat berjamaah di rumah. Itulah yang memotivasi saya,” kenangnya.

Untuk prestasi, dia mengaku pernah menjuarai lomba menghafal alquran antar-MAN di Yogyakarta. "Saya pernah meraih juara satu, lomba menghafal alquran se-Kabupaten Bantul dan Yogyakarta,” ungkap Sahl.

Putra dari Muhammad Subagyo dan Sri Wahyudati ini, ketika ditanya kesan pertama saat tiba di Timika, mengaku sempat takut. Tetapi setelah tinggal beberapa hari, dia sudah merasa nyaman.

Ada yang berbeda di Masjid Agung Babussalam, Timika, Papua, di bulan Ramadan tahun ini. Pihak masjid mendatangkan penceramah dan juga imam dari luar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News