Sempoa, Teknologi Hitung Tradisional yang Masih Eksis

Kesederhanaan yang Membantu Manusia dalam Hitungan Abad

Sempoa, Teknologi Hitung Tradisional yang Masih Eksis
Anak-anak praktek menggunakan sempoa di salah satu sekolah. Foto: SDS Angkasa 9 Jakarta.
"Anak muda sekarang jarang yang mempunyai keahlian menggunakan sempoa. Jika ada, bisa dihitung jumlahnya. Selain minat anak juga kurang, tenaga terampilnya juga saat ini sudah mulai tidak ada," tambahnya.

Menurut San Liong, keterampilan ini perlu dikembangkan, agar tidak punah. Untuk itu, perlu adanya perlombaan-perlombaan, pembinaan dan pendidikan, mulai dari tingkat anak-anak (sekolah dasar), untuk membiasakan hal tersebut.

"Pada dasarnya keterampilan ini baik. Tetapi memang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Belajarnya terbilang sulit untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurna. Tetapi kalau hanya untuk penjumlahan dan pengalian, akan lebih mudah mempelajarinya. Sebagai tahap dasar, biasanya dengan melakukan penjumlahan," timpalnya.

Maka dari itu, salah satu usaha agar keterampilan tersebut tidak punah, San Liong mengajarkannya kepada anak-anaknya mulai sejak kecil. Meskipun sampai sekarang pun mereka belum sempurna. Sembari melakukan itu, ia pun berharap ada acara-acara resmi yang mengakomodir potensi anak-anak yang pandai menggunakan sempoa. (*)

Bentuknya seperti sate telur puyuh. Ia hanya memiliki bingkai untuk menyangga. Ia bukan makanan, melainkan alat bantu hitung dengan variasi warna


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News