Senator Kepri: Pelabuhan Besar Batam Bisa Sumbang Devisa Negara Triliunan Rupiah
Alur pelayaran kapal ke Asia Tenggara dan Asia Timur (China, Jepang, Korea), dan juga ke Amerika dan Kanada melintasi Selat Philips.
Volume jumlah kapal yang melewati Selat Phillips ada sekitar 25-30 persen dari volume total seluruh dunia.
“Feasibility Study (FS) dengan asumsi 10 persen porsi saja, PSA 90 persen, kan lumayan. Belum lagi dengan multiplier-effect, seperti cipta kerja kita, sampai aktivitas taksi dan ojeknya," ujarnya.
"Perhitungan potensi devisa negara yang masuk sudah jadi captive market. Sederhananya, dengan investasi membangun Rp 30 T, beberapa tahun saja sudah kembali modal. Setelah itu berupa passive income yaitu menjadi devisa negara sebesar puluhan triliun rupiah per tahun,” kata Richard Pasaribu.
Batam dan Singapura ibarat intan berlian yang seharusnya dipoles agar memberikan nilai tambah yang sangat besar.
Sayangnya Singapura sudah berhasil memolesnya, sedangkan Indonesia masih belum berhasil memolesnya.
Belum lagi potensi kilang minyak yang sangat prospektif untuk dibangun di Batam.
"Kabupaten Natuna yang kaya dengan migas, hasilnya disalurkan melalui subsea pipeline (pipa bawah dasar laut) yang panjangnya sampai ratusan kilometer, kenapa disalurkan ke Singapura? Pipa tinggal dibelokkan saja ke Batam disalurkan ke kilang minyak kita sendiri, yang tentunya harus kita bangun dahulu," kata Richard.
Senator Kepri Richard Pasaribu mengatakan yakini rencana pembangunan pelabuhan besar di Batam berdampak positif yang luar biasa.
- Lewat PGTC 2024, Pertamina Siap Kolaborasi Hadapi Trilema Energi
- Himpitan Kegiatan Hulu Migas dengan Lahan Pertanian Harus Segera Diselesaikan
- Gelar Evaluasi dan Asistensi, Kementan Siap Kawal Program Wajib Tanam Bawang Putih
- Sampah Jakarta 8.200 Ton, DPRD Usulkan Tiru Singapura
- 689 PPPK Batam Terima SK, Ini Pesan Muhammad Rudi
- Analis Puji Langkah Jokowi Mengajak Prabowo saat Bertemu PM Singapura