Sepertiga Hati Jefri untuk si Putri

Sepertiga Hati Jefri untuk si Putri
Sabira digendong sang ayah, Jefriza, bersama sang bunda, Cut Linda, dan adiknya. HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

Pria yang akrab dipanggil Jefri itu mengungkapkan, keputusan membawa Sabira berobat ke Malaysia diambil setelah melihat bayi perempuan kelahiran 15 Mei 2015 tersebut terbaring lemah di dalam inkubator Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin, Banda Aceh.

Semula, Jefri sudah tenang karena diagnosis Rumah Sakit Lam Wah Ee menyebutkan Sabira hanya terserang neonatal hepatitis. Yakni, radang hati pada bayi baru lahir.

Diagnosis itu memantapkan Jefri dan istri, Cut Linda Marheni, untuk membawa Sabira pulang. Lagi pula, dokter di Malaysia memastikan radang hati yang dialami Sabira bisa sembuh dengan obat yang mereka berikan.

Sepulang dari Malaysia, kondisi Sabira bukannya membaik, melainkan justru memburuk. Sebulan berikutnya, Jefri kembali membawa Sabira ke negeri jiran itu. Namun, dokter di sana masih yakin Sabira akan sembuh.

Hanya menunggu waktu. Maksimal enam bulan ’’sakit kuning’’ Sabira akan hilang. Syaratnya, bayi itu mesti mengonsumsi obat secara teratur.

Kenyataannya, kondisi Sabira tidak banyak berubah. Hal itu membuat orang tuanya mulai khawatir. Hingga akhirnya, Jefri membawa Sabira berobat di tempat lain. Dia tidak tega melihat tubuh Sabira yang makin menguning, ditambah perutnya yang terus membesar.

’’Oleh dokter, saya diminta segera membawa Sabira ke Jakarta. Dia terkena atresia bilier,’’ kata Jefri. Dia sempat kalut mendapat kabar kurang baik tersebut. Apalagi kala itu istrinya tengah hamil anak kedua.

Benar saja, dokter di RSCM Jakarta langsung menyarankan Jefri agar anaknya segera menjalani operasi transplantasi (cangkok) hati.

DI Indonesia, masih jarang rumah sakit yang mampu melakukan operasi transplantasi hati.  Ini karena , penderita atresia bilier di Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News