Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup

Sepertinya, Predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saja tak Cukup
Syawaliah dan Samadi ketika menerima penghargaan sebagai guru berdedikasi dari Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud di Rumah Dinas Bupati Bengkalis. Foto: Sahrul Yunizar/JAWA POS

Kisah inspiratif lain datang dari Samadi. Pria yang juga terdata sebagai salah satu tenaga pendidik di Kabupaten Bengkalis itu pun sudah makan asam garam dengan mengajar di wilayah perbatasan.

Samadi merupakan rekan Syawaliah yang bertugas di Kecamatan Bukit Batu.

Saat ini dia bertugas sebagai kepala SDN 27 Tanjung Leban. Sekolah itu berada di tengah hutan akasia. Kecamatan Bukit Batu memang lebih dekat dengan ibu kota kabupaten apabila dibandingkan dengan Rupat Utara. Namun, perjuangan Samadi tidak kalah hebat.

Guru yang juga perintis SDN 27 Tanjung Leban itu harus keluar masuk hutan untuk mengajar. ”Karena lokasinya di hutan akasia,” tutur Samadi.

Jangan bayangkan mudah keluar masuk hutan akasia. Lantaran jalan belum diaspal, Samadi harus berjibaku melewati jalan berlumpur. ”Kendaraan besar juga lewat. Jadi, jalannya tambah rusak,” ucapnya.

Namun, itu tidak menghalangi semangat Samadi. Dia tetap tulus mengabdikan diri. Meski dia harus jauh dari anak dan istri, perjuangan itu tetap dilakoni. Selama bertugas sejak 1985, Samadi tidak pernah merasa lelah.

Semakin lama, semangatnya untuk terus mengajar malah kian terpompa. Sama sekali tidak terlintas di benak maupun isi kepalanya untuk pindah tugas dari wilayah perbatasan.

Meski tawaran untuk mengemban tugas di ibu kota kabupaten sudah diterima, Samadi memilih tetap bertugas di tempatnya mengabdi saat ini. (*/c11/owi)


Berjuang dengan fasilitas minim di pedalaman, Syawaliah dan Samadi adalah representasi ribuan guru di pedalaman yang butuh perhatian lebih dari pemerintah.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News