Seputar Mitos Tabir Surya, Jangan Salah Prioritas

Seputar Mitos Tabir Surya, Jangan Salah Prioritas
Ilustrasi. (Foto: pixabay/Jpnn)

jpnn.com - Tahun lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of American Osteopathic Association menjadi berita utama ketika penelitian tersebut menegaskan bahwa penggunaan tabir surya sebagian disalahkan atas kekurangan vitamin D yang luas di seluruh dunia.

Penelitian itu menimbulkan pertanyaan, mengingat bahwa secara konsisten memakai tabir surya adalah salah satu saran yang paling umum dari dokter.

Haruskah risiko kekurangan vitamin D - yang bisa menyebabkan tulang rapuh dan telah dikaitkan dengan resistensi insulin, tekanan darah tinggi dan penurunan fungsi kekebalan tubuh, di antara isu-isu lain - melampaui tahun-tahun nasihat itu?

Tidak menurut Dr. Victoria Werth, seorang profesor dermatologi dan kedokteran di University of Pennsylvania yang tersertifikasi di bidang dermatologi dan penyakit dalam.

"Saya pikir kita terlalu khawatir tentang vitamin D. Risiko kanker kulit jauh lebih besar daripada asupan vitamin D yang rendah," kata Dr. Werth, seperti dilansir laman MSN, Kamis (19/7).

Kanker kulit adalah bentuk kanker paling umum di Amerika Serikat, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Pada tahun 2014, tahun terakhir dengan data konklusif, lebih dari 76.000 orang didiagnosis menderita melanoma, bentuk kanker kulit yang paling mematikan. (CDC tidak melacak jenis kanker kulit lainnya, seperti karsinoma sel basal dan skuamosa.)

Mengingat betapa umum itu, Werth mengatakan bahwa mencegah kanker kulit harus menjadi prioritas daripada melindungi terhadap kekurangan vitamin D, terutama karena Anda bisa mendapatkan beberapa vitamin D dari makanan (seperti ikan, kuning telur, jamur dan makanan yang diperkaya) dan suplemen.

Dr. Victoria Werth mengimbau jangan terlalu khawatir mitos kekurangan vitamin D karena memakai tabir surya, justru risiko kanker harus lebih diperhatikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News