Serangan Varian Delta Belum Reda, Warga Sydney Diminta Bersiap Menghadapi Hal Buruk

Serangan Varian Delta Belum Reda, Warga Sydney Diminta Bersiap Menghadapi Hal Buruk
Warga berjalan di tengah kota pada hari pertama karantina wilayah (lockdown) di Sydney, Australia, Sabtu (26/6/2021). Kota terbesar di Australia tersebut kembali menerapkan karantina wilayah selama dua pekan ke depan untuk membatasi pergerakan masyarakat akibat merebaknya virus COVID-19 varian Delta. Foto: ANTARA /REUTERS/Loren Elliott/wsj

jpnn.com, SYDNEY - Pemerintah Australia sudah menerapkan penguncian ketat di Kota Sydney selama delapan pekan. Namun upaya itu belum mampu menekan penyebaran COVID-19 varian Delta.

Bahkan, Pemerintah Australia pada Selasa (17/8) memprediksi bakal terjadi kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan mendatang. Warga Sydney diingatkan untuk bersiap menghadapi kemungkinan buruk itu.

Otoritas juga mendesakwarga Sydney menjalani vaksinasi untuk mencegah lebih banyak pasien dirawat dan kematian ketika kasus harian mendekati angka tertinggi.

"Kami memperkirakan jumlah kasus dalam dua atau tiga pekan mendatang akan naik dan kemungkinan meningkat secara substansial," kata pemimpin New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian di Sydney, ibu kota negara bagian itu.

Sydney, kota terbesar Australia dan episentrum wabah di negara itu, telah memperketat aturan penguncian, termasuk memasang penghalang jalan, dan menaikkan denda setelah muncul laporan tentang orang-orang yang melanggar perintah tinggal di rumah.

Namun penguncian ketat, yang kini berada di pekan kedelapan, gagal menahan wabah Delta.

NSW pada Selasa melaporkan 452 kasus baru, angka harian terbesar ketiga selama pandemi, dan satu kematian.

Tanpa kurva kasus yang terlihat mendatar, kemungkinan untuk mengakhiri pembatasan pada 28 Agustus di Sydney tampak kecil, meski sejumlah ekonom memprediksi munculnya resesi akibat lockdown.

Pemerintah Australia memprediksi kasus positif COVID-19 bakal meningkat akibat serangan varian Delta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News