Serapan Tembakau oleh Pabrikan Menurun Tajam
Hananto menyatakan, pabrikan biasanya memiliki buffer stock tembakau untuk produksi selama dua sampai tiga tahun.
”Jadi, impor tidak serta-merta dilakukan pada tahun ini. Kalau menurut hitungan sederhana, bisa jadi, kenaikan impornya baru pada dua sampai tiga tahun mendatang,” terang Hananto.
Apalagi, produksi rokok dari tahun ke tahun cenderung menurun.
Berdasar data Ditjen Bea dan Cukai, produksi rokok pada 2016 menurun 1,67 persen.
Dari 348 miliar batang pada 2015 menjadi 342 miliar batang pada 2016.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Formasi (Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia) Suhardjo menyatakan, sejak September hingga Oktober 2016, pabrikan terus membeli tembakau simpanan petani dan pedagang.
”Pabrikan besar memang waswas untuk antisipasi buffer stock dua tahun ke depan. Sementara itu, stok pabrikan kecil hanya bisa mencukupi kebutuhan satu musim,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pabrikan saat ini masih berharap produksi tembakau tahun ini bisa pulih sehingga menutup kekurangan produksi pada 2016.
JPNN.com – Penyerapan tembakau oleh pabrikan rokok menurun tajam pada 2016 lalu, yakni hanya 50,4 juta ton.
- RUPST 2024, Sampoerna Sambut Presiden Direktur Baru
- Bea Cukai Yogyakarta Beri Izin Tambah Lokasi Usaha untuk Perusahaan Ini
- Viral Remaja di Klaten Sakit Karena Rokok dan Vape, Dokter Bilang Begini
- Bea Cukai Koordinasi dengan Pemda Upayakan Dampak Dana Bagi Hasil CHT Lebih Terukur
- Bea Cukai Purwokerto Dorong Pengembangan Industri Hasil Tembakau di Purbalingga
- Pemerintah RI Diharapkan Bisa Memaksimalkan Produk Tembakau Alternatif